EPISODE
DUKA
Ilham
Saputra
Siang
itu, aku bermain di belakang rumah bersama Yayo, sepupuku. Aku bermain
robot-robotan. Robot-robotan yang aku dapatkan pada waktu perayaan hari ulang
tahun kabupaten.
.Matahari
telah berlalu di atas kepala. Akan tetapi aku dan Yayo yang sedikit lebih tua dariku masih setia menemaniku bermain. Kami
pidah dari belakang rumah ke depan di taman bunga dekat ibuku yang lagi
ngerumpi dengan tanteku.
Telepon
berdering kencang. Aku berlomba untuk mengambil telepon berwarna hitam itu. Aku
kalah cekatan dengan adikku Nunu. Setelah melihat alat komunikasi itu, ternyata
telepon dari keluarga di Selayar..
Nunu
memberikan telepon itu ke Ibuku yang
berbadan gemuk. Tak lama setelah itu, mata ibuku memerah dan berarair. Aku heran
dan bertanya-tanya dalam hati.
Wanita
bersuara latang itu menaruh telepon di
atas meja makan dan duduk bercerita kepada kami. Ternyata kabar duka. Pamanku, saudara ibuku meninggal dunia.
Setelah
berdiskusi panjang kapan berangkat ke Selayar, para orang rua bersepakat bahwa
nenek dan kakek berangkat duluan. Kakek
dan nenek bergegas mengemasi pakaiannya sesekali menghapus air mata.
Sambil nenek membereskan pakaian, tante Kasma menekan
tombol hijau di ponselnya
“Ada dua penumpang. Di Lappa.. sekarang! Ya.. ya”
Sekitar
30 menit menunggu, mobil pun datang. Kakek dan nenek segera naik ke mobil
keluaran tahun 90an. Naiknya kakek dan nenek ke mobil Mitsubishi itu mengawali
perjalanan mereka ke Pelabuhan Bira kabupaten Bulukumba. Lambaian tangan
mengawali perpisahan kami
Matahari sore mencapai batas langit, alunan ayat-ayat
Al-quran telah dilantungkan dari Masjid seberang sungai. Ponsel tak boleh jauh
dari kantong.
Aku tak tahu bagamana
suasana di rumah duka itu..
“Kak Yayo, kira-kira
nangis orang di sana?”
“Ya, iyalah!. Masa
ketawa-ketawa” jawab Yayo.
Malam hari aku tak bisa
tidur. Hati gelisah. Bolak-balik di tempat tidur, ibu menegurku
“Iyan, tidur, Nak!”
“Mataku tak bisa tidur,
Mak”
“Tidurlah!”
“Iya Mak”
Aku
bayangkan perjalanan ke Selayar besok. Mungkinkah menyenangkan atau sebaliknya.
Akhirnya
aku tidur juga. Subuh telah menemui kami. Ayam telah mengalunkan suara
merdunya. Burung-burung ramai berkicau. Aku terbangun dengan wajah kusut.
Aku
menuju kamar mandi akan tetapi Tante Kasma ada di dalamnya. Aku melihat ponsel
di atas meja. Aku meraih ponsel itu dan mempermainkannya. Tak terasa tante
Kasma telah selesai mandi. Aku menaruh ponsel itu di tempat semula kemudian
bergegas ke kamar mandi.
Semua persiapan telah selesai. Mobil yang akan kami
tumpangi menuju ke pelabuhan Bira telah terparkir di depan rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar