Rabu, 19 Oktober 2016

BERKUNJUNG KE PULAU RAJUNI Karya Ahmad Hidayat




BERKUNJUNG  KE PULAU RAJUNI




Ahmad Hidayat


Di hari libur ayah mengajakku ke pulau Rajuni. Kata ayah, banyak sekali jenis ikan di pulau itu

Aku melompat girang “Iya aku akan ikut tapi kapan?

Ayah tersenyum melirikku sambil memperbaiki jaringnya “Besok” 

“Besok?”mataku terbelalak tak nyangka.

Menunggu esok sesuai janji ayah terasa lama. Aku memang tak sabaran.

Kulihat ibu bergebas ke pasar untuk membeli keperluan yang akan di bawa ke sana. Barang-barang berupa beras, minyak tanah, solar dan lain-lain dimasukkan ke dalam kapal. Kapal ayahku adalah kapal penangkap ikan yang cukup besar.

Rombongan terdiri daya ayah, kakak, paman dan beberapa anak buah kapal yang akan bertugas menangkap ikan.

Nanti kalau sudah besar aku akan ikut k Pulau Rajuni karena ingin melihat keindahan pulau itu” kata Fardi sepupuku ketika melihat ayahnya menaiki kapal.

Siang hari kami berangkat. Jangkar di lepas dan mesin dibunyikan. Kapal itu kemudian bergerak perlahan mejauh. Kulihat ibu dan sepupuku Fardi melampaikan tangan. Aku membalasnya dengan lambaian tangan pula.

Perjalanan ke pulau Rajuni cukup jauh. Kita harus bermalam diperjalanan. Hari sudah larut malam. Yang tampak hanya bintang. Aku tertidur dengan nyenyak hingga tak sadar kalau hari sudah pagi. Ternyata kami berada disebuah dermaga entah dimana. Perjalanan pun dilanjutkan.

Tiba-tiba angin bertiup kencang dan ombak membesar. Kapal turun naik mengikuti irama gelombang. Lalu kapal terhempas jauh. Jantungku berdetak kencang.

Aku menatap ayahku yang sibuk.

“Ini biasa terjadi. Tak usah khawatir. Tak apa-apa  semua akan kembali seperti semula lagi”” kata ayah mencoba menenangkan perasaanku.

Benar saja. Sejam berlalu, angin dan ombak menjadi tenang. Kami melanjutkan perjalanan dengan tenang. 

Dari jauh tampak sebuah pulau  yang banyak sekali rumah di atasnya

“Itu adalah pulau Rajuni” kata ayah sambil menunjuk pulau tersebut.

Semakin lama kami semakin mendekat kepulau itu dan kami pun sampai.

Aku dan ayah turun dari kapal dan naik ke daratan dan berbaur dengan penduduk setempat.

Aku melihat sekeliling pantai dan ternyata pulaunya sangat indah. Airnya yang jernih dan pasir putih yang membentang jauh. 

Aku melompat ke dalam air dekat perahu. Airnya jernih dan dingin. Pemandangan bawa laut sangat indah. Batu karang dan ikan berwarna-warni bermain-main dengan bebas. Konon kawasan ini telah ditetapkan sebagai kawasan taman nasional laut oleh Menteri Kehutanan sejak tahun 1993 silam.

Pulau Rajuni, salah satu pulau terluar dari Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan. Berada tak jauh dari perairan pulau plores.

Pulau Rajuni terdiri dari dua buah pulau, yaitu Rajuni Besar dan Rajuni Kecil. Seperti halnya  pulau-pulau di Takabonerate, kedua pulau Rajuni ini berada pada ketinggian sekitar 2-4 m dari permukaan laut, dimana bentuk kedua pulau ini memanjang dari utara ke selatan. Kami mampir ke pulau Rajuni besar.

Masyarakat yang mendiami Pulau Rajuni tergolong unik. Sebagian besar warga pulau ini adalah berasal dari etnitas Bajo dan Bugis, hampir sama banyak. 

Selebihnya adalah pendatang dari Selayar dan Flores. Meski demikian, hampir tak ada gesekan antar masyarakat. Mereka umumnya berbahasa dengan tiga bahasa lokal, yaitu  Bahasa Konjo Selayar, Bugis dan Bajo.

Dari perjalanan singkat di pulau terpencil ini, nampak bahwa masyarakat etnik bugis memiliki tingkat pendapatan dan kesejahteraan lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat etnik Bajo. Hal ini dapat kita lihat dari kehidupan mereka, dimana masyarakat bugis lebih banyak sebagai ‘ponggawa’ atau pemilik modal, yang memiliki armada angkutan yang lebih baik dari masyarakat etnik Bajo.

Perbedaan kedua etnitas juga terasa dari segi kondisi fisik atau bangunan rumah tempat tinggal, dimana rumah bangunan suku Bugis jauh lebih bagus dan modern dibanding suku Bajo yang sebagian besar masih sangat sederhana dan dibangun sekitar pantai atau bagian luar pulau.

Ayah naik ke rumah penduduk dan menemui rekannya. Ayah sering ke sini untuk  menangkap ikan hingga kenal dengan warga.

Selang beberapa lama ayah datang ditemani seorang lagi pria tegap berkulit gelap. Aku pun naik ke perahu.

“Dia akan membantu kita  menangkap ikan. Ia sudah lama menangkap ikan dan menjualnya kepada orang yang berlayar yang mengantar  ikan-ikan itu ke pelelangan.” Ayah memperkenalkan tamunya.

Kamipun berangkat ketempat yang biasa untuk menangkap ikan. Dilokasi yang dituju pria tegap itu menurunkan jaring. Kami tidak ikut serta agar ikan tidak takut mendekat ke jaring. Setelah jaring di pang, kami semua menjauh.

Kami menacing dan ternyata ikannya memang banyak. Aku bershir menarik ikan beberapa ekor.

“Bagaimana kalau kita pergi mengontrol jaringnya?” kata pemilik jaring.

Kami langsung setuju dan menujut tempat pemasangan jaring dan ternyata dari kejauhan sudah terlihat ikan-ikan yang terperangkap dalam jaring. Lumayan banyak. Ikan layang yang cukup banyak. Kami langsung mengangkatnya ke perahu dan mengisi peti-peti yang kami bawa.

Peti-peti kamu sudah penuh. Tak lupa diberi es batu agar awet. kami langsung berangkat pulang 

Rasanya aku masih mau tetap disini tapi tujuan kami kesini adalah menangkap ikan. Bukan untuk bermain.

Di Sinjai, ikan-ikan ini dibawa ke pelelangan dan dinurunkan disana.  Sudah ada keluarga yag menunggu untukmenjual ikan tersebut  hingga aman dan tidak ragu kalau ikan itu tidak laku atau diambil orang tanpa bayar.

                                                                                                         Sinjai 4 Oktober 2016



Tidak ada komentar:

Posting Komentar