BERKUNJUNG
KE PULAU RAJUNI
Ahmad
Hidayat
Di
hari libur ayah mengajakku ke pulau Rajuni. Kata ayah, banyak sekali jenis ikan
di pulau itu
Aku
melompat girang “Iya aku akan ikut tapi kapan?
Ayah
tersenyum melirikku sambil memperbaiki jaringnya “Besok”
“Besok?”mataku
terbelalak tak nyangka.
Menunggu
esok sesuai janji ayah terasa lama. Aku memang tak sabaran.
Kulihat
ibu bergebas ke pasar untuk membeli keperluan yang akan di bawa ke sana.
Barang-barang berupa beras, minyak tanah, solar dan lain-lain dimasukkan ke
dalam kapal. Kapal ayahku adalah kapal penangkap ikan yang cukup besar.
Rombongan
terdiri daya ayah, kakak, paman dan beberapa anak buah kapal yang akan bertugas
menangkap ikan.
Nanti
kalau sudah besar aku akan ikut k Pulau Rajuni karena ingin melihat keindahan
pulau itu” kata Fardi sepupuku ketika melihat ayahnya menaiki kapal.
Siang
hari kami berangkat. Jangkar di lepas dan mesin dibunyikan. Kapal itu kemudian
bergerak perlahan mejauh. Kulihat ibu dan sepupuku Fardi melampaikan tangan.
Aku membalasnya dengan lambaian tangan pula.
Perjalanan
ke pulau Rajuni cukup jauh. Kita harus bermalam diperjalanan. Hari sudah larut
malam. Yang tampak hanya bintang. Aku tertidur dengan nyenyak hingga tak sadar
kalau hari sudah pagi. Ternyata kami berada disebuah dermaga entah dimana.
Perjalanan pun dilanjutkan.
Tiba-tiba
angin bertiup kencang dan ombak membesar. Kapal turun naik mengikuti irama
gelombang. Lalu kapal terhempas jauh. Jantungku berdetak kencang.
Aku
menatap ayahku yang sibuk.
“Ini
biasa terjadi. Tak usah khawatir. Tak apa-apa
semua akan kembali seperti semula lagi”” kata ayah mencoba menenangkan
perasaanku.
Benar
saja. Sejam berlalu, angin dan ombak menjadi tenang. Kami melanjutkan
perjalanan dengan tenang.
Dari
jauh tampak sebuah pulau yang banyak
sekali rumah di atasnya
“Itu
adalah pulau Rajuni” kata ayah sambil menunjuk pulau tersebut.
Semakin
lama kami semakin mendekat kepulau itu dan kami pun sampai.
Aku
dan ayah turun dari kapal dan naik ke daratan dan berbaur dengan penduduk
setempat.
Aku
melihat sekeliling pantai dan ternyata pulaunya sangat indah. Airnya yang
jernih dan pasir putih yang membentang jauh.
Aku
melompat ke dalam air dekat perahu. Airnya jernih dan dingin. Pemandangan bawa
laut sangat indah. Batu karang dan ikan berwarna-warni bermain-main dengan
bebas. Konon kawasan ini telah ditetapkan sebagai kawasan taman nasional laut
oleh Menteri Kehutanan sejak tahun 1993 silam.
Pulau Rajuni, salah satu pulau
terluar dari Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan. Berada tak jauh dari perairan
pulau plores.
Pulau Rajuni terdiri
dari dua buah pulau, yaitu Rajuni Besar dan Rajuni Kecil. Seperti halnya pulau-pulau di Takabonerate, kedua pulau
Rajuni ini berada pada ketinggian sekitar 2-4 m dari permukaan laut, dimana
bentuk kedua pulau ini memanjang dari utara ke selatan. Kami mampir ke pulau
Rajuni besar.
Masyarakat yang mendiami
Pulau Rajuni tergolong unik. Sebagian besar warga pulau ini adalah berasal dari etnitas Bajo dan Bugis, hampir
sama banyak.
Selebihnya adalah
pendatang dari Selayar dan Flores. Meski demikian, hampir tak ada gesekan antar
masyarakat. Mereka umumnya berbahasa dengan tiga bahasa lokal, yaitu Bahasa Konjo Selayar, Bugis dan Bajo.
Dari perjalanan
singkat di pulau terpencil ini, nampak bahwa masyarakat etnik bugis memiliki
tingkat pendapatan dan kesejahteraan lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat
etnik Bajo. Hal ini dapat kita lihat dari kehidupan mereka, dimana masyarakat bugis
lebih banyak sebagai ‘ponggawa’ atau pemilik modal, yang memiliki armada
angkutan yang lebih baik dari masyarakat etnik Bajo.
Perbedaan kedua
etnitas juga terasa dari segi kondisi fisik atau bangunan rumah tempat tinggal, dimana rumah bangunan suku Bugis jauh
lebih bagus dan modern dibanding suku Bajo yang sebagian besar masih sangat
sederhana dan dibangun sekitar pantai atau bagian luar pulau.
Ayah naik ke rumah penduduk dan menemui rekannya. Ayah sering ke
sini untuk menangkap ikan hingga kenal
dengan warga.
Selang beberapa lama ayah datang ditemani seorang lagi pria
tegap berkulit gelap. Aku pun naik ke perahu.
“Dia akan membantu kita
menangkap ikan. Ia sudah lama menangkap ikan dan menjualnya kepada orang
yang berlayar yang mengantar ikan-ikan
itu ke pelelangan.” Ayah memperkenalkan tamunya.
Kamipun berangkat ketempat yang biasa untuk menangkap ikan.
Dilokasi yang dituju pria tegap itu menurunkan jaring. Kami tidak ikut serta
agar ikan tidak takut mendekat ke jaring. Setelah jaring di pang, kami semua
menjauh.
Kami menacing dan ternyata ikannya memang banyak. Aku bershir
menarik ikan beberapa ekor.
“Bagaimana kalau kita pergi mengontrol jaringnya?” kata pemilik jaring.
Kami langsung setuju dan menujut tempat pemasangan jaring dan
ternyata dari kejauhan sudah terlihat ikan-ikan yang terperangkap dalam jaring.
Lumayan banyak. Ikan layang yang cukup banyak. Kami langsung mengangkatnya ke
perahu dan mengisi peti-peti yang kami bawa.
Peti-peti kamu sudah penuh. Tak lupa diberi es batu agar awet. kami
langsung berangkat pulang
Rasanya aku masih mau
tetap disini tapi tujuan kami kesini adalah menangkap ikan. Bukan untuk
bermain.
Di Sinjai, ikan-ikan ini dibawa ke pelelangan dan dinurunkan
disana. Sudah ada keluarga yag menunggu
untukmenjual ikan tersebut hingga aman
dan tidak ragu kalau ikan itu tidak laku atau diambil orang tanpa bayar.
Sinjai 4 Oktober 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar