Selasa, 18 Oktober 2016

CERPEN KARYA SISWA TP 2016/2017



RUMPUT PARE


Risal

Di hari Minggu yang menggembirakan,  Ical  berkunjung ke rumah Fajar. Di sana Ical bercerita tentang  alam di sekitar kampung halamannya Langguli. Salah satunya adalah gunung Mananggala yang  tempatnya bagus dan panorama alamnya indah. Tempat kempingnya pun sangat datar cocok untuk merentangkan beberapa tenda.

“Tau tidak! Di gunung Mananggala ada tumbuhan sejenis rumput yang mampu menghipnotis cewek agar mau sama kamu?.”

Pertanyaan Fajar mengundang Tanya bagi Ical “Rumput apa itu?

Fajar menaikkan kakinya di atas kursi dan bersila. “Sejenis rumput jarum. Rumput yang hanya ada di gunung Mananggala. Rumput Pare namanya.

“Rumput Pare?” kening Ical berkerut berpikir sejenak “Aku baru mendengar nama itu” jawab Ical kemudian.

“Rumput Pare bisa dijadikan alat untuk menarik perhatian wanita agar mau sama kita. Mengalihkan perhatian wanita cantik yang tidak tertarik pada pria berwajah pas-pasan seperti kamu” kata Fajar.

“Kau punya? Tanya Ical

Fajar menggeleng. “ 

“Pantas kau tak punya pacar” ejek Ical.

Tiba-tiba Rusman muncul mengenakan celana jean biru dipadu dengan kaos oblong putih bergambar harimau.

“Tumben kamu datang” sapa Ical

Rusman langsung saja masuk dan duduk di samping Pajar.

“Aku mau ke Gunung Mananggala tapi tak tahu jalannya. Aku dari rumahmu” kata Rusman kepada Ical

“Ibumu bilang kalau kau ke sini jadi aku menyusul”.

Kebetulan kita mau ke sana juga. Kita bareng saja” Jawab Ical.

“Kita lewat jalan Bontapele dekat sekolah SMP terus ke atas sampai pertigaan. Kita parkir kendaraan di pangkas rambut Rains. Dari sana kita jalan kaki. Bagaimana? Setuju!” Fajar menatap sekilas satu persatu temannya.

Keduanya mengangguk.

Tiga gelas teh dan sepiring roti kering diletakkan di atas meja oleh ibunya Fajar.

“Ayo diminum” seru Ibunya Fajar

“Terima kasih Tante “ jawab Ical

“Rusman mengambil roti kering dan mengunyahnya “Konon di Gunung Mananggala pada masa penjajahan. Orang Belanda bersembunyi di Gunung itu. Belanda membuat Gua dan menyembunyikan alat-alat perangnya seperti bom, senjata, mobil tank dan minyak tanah yang jumlahnya sangat banyak. Belanda membuat semua itu untuk meledakkan gunung itu andai belanda kalah.”Cerita Rusman dengan bersemangat.

Ical meletakkan gelasnya dan berkata “Tapi sampai saat ini gunung Managgala belum meledak juga. Malah jadi perhatian orang-orang pencinta alam sejati”.

“Dari itu banyak yang datang ke sana untuk membuktikan cerita itu” sela Fajar.

“Fajar!, segera siapkan peralatan yang akan kita bawa” perintah Ical “ Jangan lupa bawa tenda, karpet, dan tali”.

“Kau sendiri bawa apa?” Fajar balik bertanya.

“Aku telah persiapkan perabot daput. Gelas, piring, pisau, paci, sendok dan air minum.” Jawab Ical
“Aku membawa ketupak dan lauknya serta makanan ringan” sela Rusman.

“Perjalanan kita pasti menyenangkan” kata Ical sambil menghabisi sisa tehnya lalu bangkit berdiri mengangkat ranselnya kusamnya.

Ketiganya berangkat menggunakan sepeda. 

Bersepeda dipendakian bukanlah hal muda tapi semangat membara untuk mendapatkan rumput pare tetap berkobar dalam hati.

Medannya cukup sulit. Jalan berbatu dan banyak ranting-ranting pohon bambu berserakan di jalan setapak.

Akhirnya sampai juga di kaki gunung. Bertiga memarkir sepedanya di samping kandang sapi sambil beristirahat sejenak.

Mendaki gunung Mananggala agak sulit juga. Melewati jalan setapak yang sering dilewati babi hutan. Jalannya berkelok-kelok dan tentu saja mendaki.

Ical yang berangkat duluan berteriak “ Cepat!, sedikit lagi”

“Semangat!” jawab Fajar  dari belakang.

Agak siang barulah mereka sampai di puncak gunung.

Setelah beristirahat sejenak, Fajar dan Ical merentangkan tenda, Rusman merentangkan karpet. Lalu ketiganya beristirahat di dalam tenda karena panas maatahari kian terik.

Sambil tidur-tidur Ical menengadah “Bagaimana dengan rumput Pare? Ayo kita cari.

Ketiganya bangkit berdiri meninggalkan tenda. Kesegenap penjuru mereka mencari tumbuhan langkah itu.

Selang beberapa saat Ical berteriak.” Aku menemukannya?

Rusman dan Fajar berlari menghapiri Ical untuk meyakinkan diri akan penemuan rumput ajaib itu.

Ical gembira sekali. “Rumput ini bisa menghipnotis cewek agar mau padaku” kata Ical dengan bersemangat sambil memasukkan rumput Pare penemuannya ke dalam dompetnya.

Pencarian dilanjutkan tapi tak membuahkan hasil ia lalu sepakat untuk menyudahi pencarian itu.

Ketiganya duduk menikmati pemandangan Gunung Mananggala sambil makan bekal mereka

Ical memasak air untuk membuat kopi tapi ternyata Fajar tak suka kopi jadi masing-masing buat sendiri.

Hari semakin sore, senja kian temaran. Bertiga mereka kembali menuruni pebukitan Mananggala dengan membawa kenangan masing-masing.


****

Berbulan-bulan telah berlalu khasiat rumput pare di dompet Ical belum membuahkan hasil. Sampai hari ini Ical masih berstatus jomblo. Keraguan mereka akan khasiat rumput pare itu kian memudar.

                                                                                                                         Sinjai, 4 Oktober 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar