RUMPUT
PARE
Risal
Di
hari Minggu yang menggembirakan, Ical
berkunjung ke rumah Fajar. Di sana Ical bercerita tentang alam di sekitar kampung halamannya Langguli.
Salah satunya adalah gunung Mananggala yang
tempatnya bagus dan panorama alamnya indah. Tempat kempingnya pun sangat
datar cocok untuk merentangkan beberapa tenda.
“Tau
tidak! Di gunung Mananggala ada tumbuhan sejenis rumput yang mampu menghipnotis
cewek agar mau sama kamu?.”
Pertanyaan
Fajar mengundang Tanya bagi Ical “Rumput apa itu?
Fajar
menaikkan kakinya di atas kursi dan bersila. “Sejenis rumput jarum. Rumput yang
hanya ada di gunung Mananggala. Rumput Pare namanya.
“Rumput
Pare?” kening Ical berkerut berpikir sejenak “Aku baru mendengar nama itu”
jawab Ical kemudian.
“Rumput
Pare bisa dijadikan alat untuk menarik perhatian wanita agar mau sama kita.
Mengalihkan perhatian wanita cantik yang tidak tertarik pada pria berwajah
pas-pasan seperti kamu” kata Fajar.
“Kau
punya? Tanya Ical
Fajar
menggeleng. “
“Pantas
kau tak punya pacar” ejek Ical.
Tiba-tiba
Rusman muncul mengenakan celana jean biru dipadu dengan kaos oblong putih
bergambar harimau.
“Tumben
kamu datang” sapa Ical
Rusman langsung saja
masuk dan duduk di samping Pajar.
“Aku
mau ke Gunung Mananggala tapi tak tahu jalannya. Aku dari rumahmu” kata Rusman
kepada Ical
“Ibumu
bilang kalau kau ke sini jadi aku menyusul”.
Kebetulan
kita mau ke sana juga. Kita bareng saja” Jawab Ical.
“Kita
lewat jalan Bontapele dekat sekolah SMP terus ke atas sampai pertigaan. Kita
parkir kendaraan di pangkas rambut Rains. Dari sana kita jalan kaki. Bagaimana?
Setuju!” Fajar menatap sekilas satu persatu temannya.
Keduanya
mengangguk.
Tiga
gelas teh dan sepiring roti kering diletakkan di atas meja oleh ibunya Fajar.
“Ayo
diminum” seru Ibunya Fajar
“Terima
kasih Tante “ jawab Ical
“Rusman
mengambil roti kering dan mengunyahnya “Konon di Gunung Mananggala pada masa
penjajahan. Orang Belanda bersembunyi di Gunung itu. Belanda membuat Gua dan
menyembunyikan alat-alat perangnya seperti bom, senjata, mobil tank dan minyak
tanah yang jumlahnya sangat banyak. Belanda membuat semua itu untuk meledakkan
gunung itu andai belanda kalah.”Cerita Rusman dengan bersemangat.
Ical
meletakkan gelasnya dan berkata “Tapi sampai saat ini gunung Managgala belum
meledak juga. Malah jadi perhatian orang-orang pencinta alam sejati”.
“Dari
itu banyak yang datang ke sana untuk membuktikan cerita itu” sela Fajar.
“Fajar!,
segera siapkan peralatan yang akan kita bawa” perintah Ical “ Jangan lupa bawa
tenda, karpet, dan tali”.
“Kau
sendiri bawa apa?” Fajar balik bertanya.
“Aku
telah persiapkan perabot daput. Gelas, piring, pisau, paci, sendok dan air
minum.” Jawab Ical
“Aku
membawa ketupak dan lauknya serta makanan ringan” sela Rusman.
“Perjalanan
kita pasti menyenangkan” kata Ical sambil menghabisi sisa tehnya lalu bangkit berdiri
mengangkat ranselnya kusamnya.
Ketiganya
berangkat menggunakan sepeda.
Bersepeda
dipendakian bukanlah hal muda tapi semangat membara untuk mendapatkan rumput
pare tetap berkobar dalam hati.
Medannya
cukup sulit. Jalan berbatu dan banyak ranting-ranting pohon bambu berserakan di
jalan setapak.
Akhirnya
sampai juga di kaki gunung. Bertiga memarkir sepedanya di samping kandang sapi
sambil beristirahat sejenak.
Mendaki
gunung Mananggala agak sulit juga. Melewati jalan setapak yang sering dilewati
babi hutan. Jalannya berkelok-kelok dan tentu saja mendaki.
Ical
yang berangkat duluan berteriak “ Cepat!, sedikit lagi”
“Semangat!”
jawab Fajar dari belakang.
Agak
siang barulah mereka sampai di puncak gunung.
Setelah
beristirahat sejenak, Fajar dan Ical merentangkan tenda, Rusman merentangkan
karpet. Lalu ketiganya beristirahat di dalam tenda karena panas maatahari kian
terik.
Sambil
tidur-tidur Ical menengadah “Bagaimana dengan rumput Pare? Ayo kita cari.
Ketiganya
bangkit berdiri meninggalkan tenda. Kesegenap penjuru mereka mencari tumbuhan
langkah itu.
Selang
beberapa saat Ical berteriak.” Aku menemukannya?
Rusman
dan Fajar berlari menghapiri Ical untuk meyakinkan diri akan penemuan rumput
ajaib itu.
Ical
gembira sekali. “Rumput ini bisa menghipnotis cewek agar mau padaku” kata Ical
dengan bersemangat sambil memasukkan rumput Pare penemuannya ke dalam
dompetnya.
Pencarian
dilanjutkan tapi tak membuahkan hasil ia lalu sepakat untuk menyudahi pencarian
itu.
Ketiganya
duduk menikmati pemandangan Gunung Mananggala sambil makan bekal mereka
Ical
memasak air untuk membuat kopi tapi ternyata Fajar tak suka kopi jadi
masing-masing buat sendiri.
Hari
semakin sore, senja kian temaran. Bertiga mereka kembali menuruni pebukitan
Mananggala dengan membawa kenangan masing-masing.
****
Berbulan-bulan
telah berlalu khasiat rumput pare di dompet Ical belum membuahkan hasil. Sampai
hari ini Ical masih berstatus jomblo. Keraguan mereka akan khasiat rumput pare itu
kian memudar.
Sinjai, 4 Oktober 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar