BOLOS
Khairil
Hamza
Hari
Senin selagi upacara, kepala sekolah mengumumkan bahwa peserta tidak boleh berkuku
panjang, mengecat rambut/kuku, bertato dan khusus peserta didik laki-laki tidak
diperkenankan memiliki rambut melebihi 3 cm.
rambut tidak boleh menyentuh bola mata dan telinga. Tapi tidak diperbolehkan juga untuk berambut
gundul, memakai kalung, gelang, anting-anting dan bertindik. Aku mengusap
rambutku karena aku merasa ada dalam persyaratan itu.
Saat
belajar wali kelas menegur aku dan menyarankan agar segera potong rambut karena
tidak sesuai tata tertib sekolah. Aku diberi waktu 2 Minggu. Kepada wali kelas
aku berjanji akan potong rambut sesegera mungkin.
Dua
Minggu berlalu aku belum potong rambut. Bukan karena gaya tapi tak sempat saja.
Bersama
Ali aku berbelok ke rumah Ihsan untuk main games. Di rumah Ihsan taka da orang
pada pagi hari. Lama kelamaan bosan juga
main games.
“Dimana
kita pergi bersembunyi?” tanyaku pada Ali
“Kenapa
kita tidak pergi saja ke gunung dekat
sekolah”
Usul
Ali segera kami terima dan langsung menuju
pebukitan dekat sekolah. Di sana ada pohon mangga yang lagi berbuah.
Tanpa pikir panjang aku langsung memetik beberapa biji. Ketika hendak dimakan
datang seorang kakek melarang kami memakan buah mangga itu.
“Kenapa
Kek” tanyaku
“Saya
melarang kamu memakannya karena buah mangga itu telah diberi racun”
Tanpa
pikir panjang kami membuang mangga itu dan langsung lari menuruni pebukitan.
“Bagaimana
kalau kita ke kantin sekolah” Usul Ali.
“Kenapa
kalian hendak ke kantin sekolah? Apa kalian tak takut dilihat guru?” protes Ihsan
“Bagaimana
kalau kita pergi berenang” usul Ali.
Tak
berpikir panjang kami berlarian menuju ke sungai.
Kami
langsung membuka pakaian. Ali langsung melompat mendahului yang lain. Ali
meringis, kakinya tersandung. Ia segera naik ketepian dan memeriksa kakinya.
Aku melihat kaki Ali berdarah. Bayu dan
Ihsan langsung menggorong Ali ke rumahnya.
Sesampai
di rumah Ali, Ayah Ali bertanya dengan curiga “Kenapa pulangnya cepat?.
Sekarang belum jam sekolahan selesai”
Dengan
jujur aku menjawab “Kami bolos sekolah karena hari ini ada rasia rambut. Kami
lalai belum potong rambut”
“Oh…
“ jawab ayahnya Ali singkat.
Kami
bertiga diantar ayahnya Ali ke sekolah dan dihadapkan kepada Pembina OSIS
Bertiga
kami ihlas dihukum dijemur di lapangan upacara dibawah sinar matahari siang.
Sejam
berlalu hukuman berakhir dan kami menemui guru dan meminta maaf.sekali lagi
kami berjanji untuk segera potong rambut.
Kami
pulang ke rumah dengan riang tanpa beban
apapun. Persoalan telah selesai. Aku segera ganti baju dan makan siang lalu segera
ke rumah Ali. Aku telah janjian dengan teman-teman untuk berkumpul di rumah Ali
untuk memebesuknya.
Menjelang sore kami bersepakat untuk ke rumah
Ihsan. Ali tidak ikut karena kakinya yang sakit.
Di
tengah jalan ada kucing mati. Aku
bergotong royong memindahkan kucing mati itu ke pinggir jalan dan menguburknnya
sebelum melanjutkan perjalanan.
Di
rumah Ihsan kami main games lalu bermain petak umpet. Menjelang malam kami
pulang ke rumah masing-masing.
Di
rumah aku dimarahi ibu karena terlambat pulang.
“Aku
membesuk temanku Ali yang kakinya tertusuk kayu ketika melompat ke sungai” Aku
membela diri.
“Kejadiannya
kapan?” selidik ayah.
“Tapi
pagi waktu kami berenang bersama-sama” jawabku tanpa pikir panjang.
“Kenapa
kau ada di sungai pagi hari? Bukankah kau ke sekolah”.
Mendengar
pertanyaan ayah, jantungku berdetak kencang. Aku telah salah ucap tadi.
“Oh
berarti kau bolos sekolah ya” kata ayah sambil menghampiriku.
Sekali
lagi aku mendapat hukuman. Kali ini hukuman dari orang tua. Jewer telinga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar