Selasa, 18 Oktober 2016

Bolos karya Khairil Hamza



BOLOS


Khairil Hamza

Hari Senin selagi upacara, kepala sekolah mengumumkan bahwa peserta tidak boleh berkuku panjang, mengecat rambut/kuku, bertato dan khusus peserta didik laki-laki tidak diperkenankan memiliki rambut melebihi 3 cm.  rambut tidak boleh menyentuh bola mata dan telinga.  Tapi tidak diperbolehkan juga untuk berambut gundul, memakai kalung, gelang, anting-anting dan bertindik. Aku mengusap rambutku karena aku merasa ada dalam persyaratan itu.

Saat belajar wali kelas menegur aku dan menyarankan agar segera potong rambut karena tidak sesuai tata tertib sekolah. Aku diberi waktu 2 Minggu. Kepada wali kelas aku berjanji akan potong rambut sesegera mungkin.

Dua Minggu berlalu aku belum potong rambut. Bukan karena gaya tapi tak sempat saja. 

Bersama Ali aku berbelok ke rumah Ihsan untuk main games. Di rumah Ihsan taka da orang pada pagi hari.  Lama kelamaan bosan juga main games.

“Dimana kita pergi bersembunyi?” tanyaku pada Ali

“Kenapa kita tidak  pergi saja ke gunung dekat sekolah”

Usul Ali segera kami terima dan langsung menuju  pebukitan dekat sekolah. Di sana ada pohon mangga yang lagi berbuah. Tanpa pikir panjang aku langsung memetik beberapa biji. Ketika hendak dimakan datang seorang kakek melarang kami memakan buah mangga itu.

“Kenapa Kek” tanyaku

“Saya melarang kamu memakannya karena buah mangga itu telah diberi racun”

Tanpa pikir panjang kami membuang mangga itu dan langsung lari menuruni pebukitan.

“Bagaimana kalau kita ke kantin sekolah” Usul Ali.

“Kenapa kalian hendak ke kantin sekolah? Apa kalian tak takut dilihat guru?” protes Ihsan

“Bagaimana kalau kita pergi berenang” usul Ali.

Tak berpikir panjang kami berlarian menuju ke sungai.

Kami langsung membuka pakaian. Ali langsung melompat mendahului yang lain. Ali meringis, kakinya tersandung. Ia segera naik ketepian dan memeriksa kakinya. Aku melihat kaki Ali berdarah. Bayu dan  Ihsan langsung menggorong Ali ke rumahnya.

Sesampai di rumah Ali, Ayah Ali bertanya dengan curiga “Kenapa pulangnya cepat?. Sekarang belum jam sekolahan selesai”

Dengan jujur aku menjawab “Kami bolos sekolah karena hari ini ada rasia rambut. Kami lalai belum potong rambut”

“Oh… “ jawab ayahnya Ali singkat.

Kami bertiga diantar ayahnya Ali ke sekolah dan dihadapkan kepada Pembina OSIS

Bertiga kami ihlas dihukum dijemur di lapangan upacara dibawah sinar matahari siang.

Sejam berlalu hukuman berakhir dan kami menemui guru dan meminta maaf.sekali lagi kami berjanji untuk segera potong rambut.

Kami pulang ke  rumah dengan riang tanpa beban apapun. Persoalan telah selesai. Aku segera ganti baju dan makan siang lalu segera ke rumah Ali. Aku telah janjian dengan teman-teman untuk berkumpul di rumah Ali untuk memebesuknya.

 Menjelang sore kami bersepakat untuk ke rumah Ihsan. Ali tidak ikut karena kakinya yang sakit.
Di tengah jalan ada kucing mati.  Aku bergotong royong memindahkan kucing mati itu ke pinggir jalan dan menguburknnya sebelum melanjutkan perjalanan.

Di rumah Ihsan kami main games lalu bermain petak umpet. Menjelang malam kami pulang ke rumah masing-masing.

Di rumah aku dimarahi ibu karena terlambat pulang.

“Aku membesuk temanku Ali yang kakinya tertusuk kayu ketika melompat ke sungai” Aku membela diri.

“Kejadiannya kapan?” selidik ayah.

“Tapi pagi waktu kami berenang bersama-sama” jawabku tanpa pikir panjang.

“Kenapa kau ada di sungai pagi hari? Bukankah kau ke sekolah”.

Mendengar pertanyaan ayah, jantungku berdetak kencang. Aku telah salah ucap tadi.

“Oh berarti kau bolos sekolah ya” kata ayah sambil menghampiriku.

Sekali lagi aku mendapat hukuman. Kali ini hukuman dari orang tua.  Jewer telinga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar