PANIK
Astia Rustam
Tita bersama
keluarganya sedang berada di pesta pernikahan. Mereka bersenda gurau berfoto
dengan sanak keluarga. Suasana seketika berubah saat Tita membuka HPnya. Ia
dikejutkan dengan pesan dari sahabatnya Lita.
Karena panik, Tita
membuka akun facebooknya dan segera mencari informasi tentang gempa yang
melanda kampong sebelah. Beranda
facebooknya dipenuhi status tentang gempa dengan sakal 3,1 sr pada kedalaman 36
km di bawah laut.
Berita itu membuat
kepanikan luar biasa. Membayangkan jika kampungnya terjadi seperti yang melanda
Kota Palu pekan lalu. Tita mencoba menenangkan pikiran tapi suara Tante Tini menambah
kepanikan.
Astagfirullah… jadi
bagaimana? Kata tante Tini yang sedang menelepon.
“Besarkan suaranya
Tante” Minta Tita yang sedang berdiri
menguping di sampingnya.
“Semua orang pergi
mengungsi tapi ayahku masih cari informasi.” Kata Kak Wil di seberang sana.
“Kenapa tidak
langsung mengungsi saja” Kata Tante Tini dengan suara yang semakin keras.
“Jangan panik dulu
Tante Kata Kak Wil menenangkan.
“Jadi Ibu dan Keponakanku
dimana?” Kata Tante Tini.
“Mereka sudah ada di
sini. Kami masih mencari informasi dari desa sebelah” kata Kak Wil lagi.
“Jaga diri kalian ya
Nak!” kata Tante Tini dengan suara serak karena menangis.
Tita tambah panik.
Semua hal buruk telah ia bayangkan.
“Tante, bagaimana ini?” Tanya Tita pada Tante Tini.
“Tenang, Nak. Jangan
panik” Kata Tante Tini dengan mencoba menenangkan kepanikannya.
“Pak, Bagaimana ini”
TIta beralih Tanya pada ayanya.
“Tenang Nak Bapak
sholat dulu, ya.”
Ayah dan Kakek Tita pergi sholat. Tita mengalihkan
perhatiannya dengan mencari ibunya dikerumunan pesta.
“Mak!” Teriak Tita
setelah menemukan bunya.
“Kabarnya ada
gemba.. bagaimana kalau kita pergi mengungsi di rumahnya Kak Masni. Rumahnya kan
di atas gunung” Usul Tita.
“Jangan dulu
Nak”Kata Ibu Dewi.
Mereka sekeluarga
meninggalkan pesta dan berkumpul di ruang keluarga.
“Kakek, Kita
mengungsi” Kata Tante Tini
“Jangan dulu..”
Jawaban Kakek
membuat Tante Tini kesal.
Berselang beberapa
detik, HP Tante Tini kembali berdering.
“Bagaimana di sana?”
Kata tante Tini setengah berteriak.
“Tidak taulah ini
karena kabarnya air sudah naik di desa
sebelah” Kata Kak Wil.
“Pergilah segera
mengungsi, Nak” Tante Tini semakin panik.
“Baiklah” Jawab Kak
Wil.
Dalam
kepanikan, tiba-tiba seorang pengendara
motor yang mengungsi menyampaikan berita terbaru “Air sudah naik di desa
sebelah” katanya berteriak sambil berlalu.
“Ma!” teriak Tita
dengan menangis.
Ibu Dewi sibuk
mengemasi barang-barangnya dan memasukkannya dalam tas. Para tetangga
sudah mengungsi.
Tita dan keluarga
sudah bergegas pergi.
“Hei tunggu!”Kata
Nenek Intan yang masih berada di dalam
rumah.
Hei Nenek,Cepat!” Kata
Ifa.
Semua berdiri di
pinggi jalan menunggu nenek Intan keluar. Tiba-tiba mobil Pemda melintas dan
berkata “Jangan Panik”.
Tak ada yang perduli
dengan himbauan itu. Semua
berbondong-bondong menuju pebukitan tanpa memperdulikan penampilan lagi.
Tante Tini diantar
duluan dengan naik motor menyusul giliran Nenek Intan dan Tita.
Ternyata ibu Dewi
tidak ikut mengungsi.
Sudahlah Nak, Mama
kamu tidak apa-apa ‘Kata Tante Tini menenangkan Tita yang terus menerus menagis
karena ibunya tidak ikut mengungsi.
Suasana
dipengungsian sangat ramai. Orang-orang mendatangi kampung itu karena terletak
di atas pebukitan. Yang punya sanak keluarga
mengunjungi keluarganya dan yang tidak punya keluarga berkumpul di Masjid dan Sekolah.
Pukul 02.00 dini hari
kakek muncul dan membawa berita kalau berita yang beredar hanya HOAKS.
Tita berusaha menenangkan diri dan tidur karena besok harus masuk sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar