Rabu, 10 Oktober 2018

PANIK oleh ASTIA RUSTAM


PANIK
Astia Rustam


Tita bersama keluarganya sedang berada di pesta pernikahan. Mereka bersenda gurau berfoto dengan sanak keluarga. Suasana seketika berubah saat Tita membuka HPnya. Ia dikejutkan dengan pesan dari sahabatnya Lita.

Karena panik, Tita membuka akun facebooknya dan segera mencari informasi tentang gempa yang melanda  kampong sebelah. Beranda facebooknya dipenuhi status tentang gempa dengan sakal 3,1 sr pada kedalaman 36 km di bawah laut.

Berita itu membuat kepanikan luar biasa. Membayangkan jika kampungnya terjadi seperti yang melanda Kota Palu pekan lalu. Tita mencoba menenangkan pikiran tapi suara Tante Tini menambah kepanikan.

Astagfirullah… jadi bagaimana? Kata tante Tini yang sedang menelepon.

“Besarkan suaranya Tante”  Minta Tita yang sedang berdiri menguping di sampingnya.
“Semua orang pergi mengungsi tapi ayahku masih cari informasi.” Kata Kak Wil di seberang sana.

“Kenapa tidak langsung mengungsi saja” Kata Tante Tini dengan suara yang semakin keras.

“Jangan panik dulu Tante Kata Kak Wil menenangkan.

“Jadi Ibu dan Keponakanku dimana?” Kata Tante Tini.

“Mereka sudah ada di sini. Kami masih mencari informasi dari desa sebelah” kata Kak Wil lagi.

“Jaga diri kalian ya Nak!” kata Tante Tini dengan suara serak karena menangis.

Tita tambah panik. Semua hal buruk telah ia bayangkan.

“Tante,  bagaimana ini?” Tanya Tita pada Tante Tini.

“Tenang, Nak. Jangan panik” Kata Tante Tini dengan mencoba menenangkan kepanikannya.

“Pak, Bagaimana ini” TIta beralih Tanya pada ayanya.

“Tenang Nak Bapak sholat dulu, ya.”

Ayah  dan Kakek Tita pergi sholat. Tita mengalihkan perhatiannya dengan mencari ibunya dikerumunan pesta.

“Mak!” Teriak Tita setelah menemukan bunya.

“Kabarnya ada gemba.. bagaimana kalau kita pergi mengungsi di rumahnya Kak Masni. Rumahnya kan di  atas gunung” Usul Tita.

“Jangan dulu Nak”Kata Ibu Dewi.

Mereka sekeluarga meninggalkan pesta dan berkumpul di ruang keluarga.

“Kakek, Kita mengungsi” Kata Tante Tini

“Jangan dulu..”

Jawaban Kakek membuat Tante Tini kesal.

Berselang beberapa detik, HP Tante Tini kembali berdering.

“Bagaimana di sana?” Kata tante Tini setengah berteriak.

“Tidak taulah ini karena  kabarnya air sudah naik di desa sebelah” Kata Kak Wil.

“Pergilah segera mengungsi, Nak”  Tante Tini semakin panik.

“Baiklah” Jawab Kak Wil.

Dalam kepanikan,  tiba-tiba seorang pengendara motor yang mengungsi menyampaikan berita terbaru “Air sudah naik di desa sebelah” katanya berteriak sambil berlalu.

“Ma!” teriak Tita dengan menangis.

Ibu Dewi sibuk mengemasi barang-barangnya dan memasukkannya dalam tas. Para tetangga sudah  mengungsi.

Tita dan keluarga sudah bergegas pergi.

“Hei tunggu!”Kata Nenek Intan  yang masih berada di dalam rumah.

Hei Nenek,Cepat!” Kata Ifa.

Semua berdiri di pinggi jalan menunggu nenek Intan keluar. Tiba-tiba mobil Pemda melintas dan berkata “Jangan Panik”.

Tak ada yang perduli dengan  himbauan itu. Semua berbondong-bondong menuju pebukitan tanpa memperdulikan penampilan lagi.

Tante Tini diantar duluan dengan naik motor menyusul giliran Nenek Intan dan Tita.
Ternyata ibu Dewi tidak ikut mengungsi.

Sudahlah Nak, Mama kamu tidak apa-apa ‘Kata Tante Tini menenangkan Tita yang terus menerus menagis karena ibunya tidak ikut mengungsi.

Suasana dipengungsian sangat ramai. Orang-orang mendatangi kampung itu karena terletak di atas  pebukitan. Yang punya sanak keluarga mengunjungi keluarganya dan yang tidak punya keluarga berkumpul di Masjid dan Sekolah.

Pukul 02.00  dini hari  kakek muncul dan membawa berita kalau berita yang beredar hanya HOAKS. Tita berusaha menenangkan diri dan tidur karena besok harus masuk sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar