KENANGAN PAHIT
Sri Huldania
Aku melintas di sudut sekolah ketika keluar dari toilet. Kutemui Meta
menangis yang ternyata merasa malu karena terjatuh pada saat pelajaran PJOK.
Aku menariknya menyudut “Tak perlu diambil hati “ kataku sambil duduk
ditepian tembok. Aku juga seperti kamu. Memalukan.”
***
Saat pertama kali masuk di
sekolah ini aku sangat kaku karena aku tak punya teman. Aku merasa aneh dan
diam saja. Hari berlalu aku mulai terbiasa dan sudah mulai punya teman terutama
teman sekelasku di VIId.
Tak disangka kelasku diacak dan aku pindah ke kelas VIIc otomatis
temanku bertambah. Aku semkin ceria.
Hujan turun dihari Jumat. Aku terasa bosan dan merasa sepi di keramaian teman-teman
kelas. Teman-temanku bersenang-senang di teras sedang aku haya diam dan duduk
di bangku sambil menunggu pelajaran. Aku mencoba menghalau kesepianku dan bergabung dengan teman-teman sekelasku di
teras. Suasana sepi yang kurasa berubah
menjadi menyenangkan. Aku menyoraki temanku bermain seluncuran di teras kelas.
Mereka mengajakku tapi aku menolak. Aku merasa hari itu tidak seperti hari-hari
biasanya.
Aku akhirnya setuju untuk ikut berman. Aku mencobanya. ternyata sangat
licin dan membuatku merinding tetapi aku tetap suka. Aku mengulanginya lagi.
Diseluncuran kedua aku tidak apa-apa sehingga memotivasiku untuk mengulanginya
lagi. Aku menyuruh Tia temanku untuk berdiri di depanku dan menungguku di sana.
Tapi pada saat aku berseluncuran yang ketiga kalinya kakiku tiba-tiba tidak
bisa kurem. Aku semakin takut. Kakiku rasanya tidak bisa berhenti dan merasa di
kakiku semakin banyak air. Tia yang berdiri di depanku menghindar karena takut
tertabrak. Aku terjatuh di lantai. Kerudungku tertarik dan badanku tertindis.
Aku meluhat kesana kemari. Semua mata tertuju padaku.Aku sangat malu. Semua
tertawa dan menunjuk kepadaku. Aku spontan berdiri tapi kakiku terpeleset lagi.
Aku meminta tolong salah satu teman membantuku berdiri. Aku langsung berlaki
masuk ke kelas.
Aku sangat sulit melupakan persitiwa memalukan itu hingga aku naik ke
kelas VIII.
Di kelas VIII kelas diacak kembali hingga aku berpisah temanku dikelas
VII
Acara PORSENI pun tiba. Semua bidang lomba dan pertandingan
dipersiapkan dengan baik untuk meraih juara. Aku memilih lomba musikalisasi
puisi bersama empat teman lainnya.
Pada saat lomba Aku lupa puisinya. Aku tidak ingat larik berikutnya.
Aku sedih, gugup. Otakku teras kosong. Aku merasa sangat bersalah dipandangi
banyak penonton. Aku merasa ini bukan diriku . Rasanya aneh dan sangat
memalukan. Walaupun lagu yang dibawakan sangat bagus tetapi bila puisinya jelek
maka kami tak akan jadi juara. Aku putus asa.
Selesai lomba kami langsung bubar dan aku rasanya ingin menagis tapi
tangisku kutahan karena semua mata tertuju padaku.
Aku meminta maaf kepada teman-temanku karena gara-gara aku, tim
muslikalisasi kelasku tidak juara. Aku tahu perasaan semua temanku mereka
sangat kecewa dan menyesaliku. Aku tidak
merasa sedih bila mereka memarahiku karena semua itu salahku.
Peristiwa itu tidak bisa kulupakan ingga aku kelas IX. Bila teringat
masa itu hatiku terasa hancur dan merasa bahwa aku memang mengecewakan. Tetapi
walau itu sudah terjadi aku tidak ingin bila Porseni selanjutnya seperti itu
lagi. Bila aku memilih lomba yang yang kuikuti aku akan benar-benar berlatih dan
tidak akan mengecewakan teman-temanku
lagi.
Di kelas IX barulah aku
mempelajari musikalisasi puisi. Saya semakin terharu jika mengingat Porseni
tahun lalu yang mengecewakan. Aku harus terus berlatih. Teman-temanku juga sering
menyanyikan lagu yang pernah dibawakan waktu Porseni. Air mataku mengalir mengenang
peristiwa memalukan itu. Aku tak mungkin mengulngi hal itu.
Tugas bahasai Indonesia pun tiba. Kami disuruh untu membuat
musikalisasi puisi. Masa itu teringat dan terkenang kembali. Kami dibagikan
puisi oleh ibu guru. Aku dan temanku berlatih dan berlatih. Aku tak ingin
mengecewakan temanku lagi.
Hari penampilan pun tiba kelompokku tempil pertama. Aku berdebar dan
merasa kaku karena kami di shooting sedangkan aku tak biasa dengan perekam
seperti itu. Walau aku tak terbiasa, aku harus mencoba tampil baik di depan
kamera. Aku berusaha tenang agar tak merasa kaku lagi. Pada saat tampil, semua berlajalan lancar..
aku tersenyum puas.
Sepulang sekolah, diperjalanan kuceritakan pada adik kelasku Ria dan
Tina. Mereka sangat tertarik mendengarnya dan ingin segera sampai pada
pelajaran itu.
Dirumah aku menceritakan hal yang sama pada ibuku. Aku sangat senang
dan sangat ingin melepaskan semua rasa takutku. Aku merasa sangat beruntung
bahwa di kelas IX ternyata dipelajari tentang Musikalisasi Puisi yang bisa melatih
diri menjadi lebih baik dan lebih berani. Oleh karena itu aku berjanji untuk
tidak jatuh ke lubang yang sama. Aku berjanji akan menjadi juara musikalisai
puisi pada Porseni yang akan datang dan tidak mengecewakan semua orang terutama
teman-teman dan wali kelasku. Aku akan jadi idolah di kelasku.
***
“Terima kasih,Kak. Aku akan baik-baik saja” Kata Meta bangkit berdiri
mengusap wajah dan merapikan bajunya.
Lonceng tanda istirahat berakhir. Aku dan Meta berpisah di lorong
sekolah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar