Rabu, 10 Oktober 2018

Masa-masa di Sekolah Dasar oleh Mazifatul Qalbi

Masa-masa di Sekolah Dasar
Nazifatul Qalbi 

Di masa kecilku aku punya teman bernama Retya Citra. Dipanggil Citra. Dia teman terbaikku. Aku berteman mulai dari PAUD sampai sekarang.

Diwaktu SD, aku selalu bermain bersama, pergi sekolah bersama-sama dan pulang pun bersama-sama.

Jika kupulang bersama, dijalanan kuceritakan hal lucu. pernah aku menceritakan sebuah serial sinetron yang berjudul “Tukang Bubur Naik Haji”. Kuceritakan seseorang yang berperan sebagai Pak Tebong.

Saat kusebutkan Pak Tebong, Citra tertawa terbahak-bahak sampai-sampai ia tidak bisa menahan tawanya selama tiga hari tiap kali menyebut nama Pak Tebong. Ia selalu memintaku menceritakan peran Pak Tebong tiap kali jalan bersama.

Sewaktu kelas 4 aku satu kelas dengan Jihan, Ines,Isti, Nining dan Tari.

Jihan adalah siswa terpandai di kelasku. Ines dan Isti sama-sama punya prestasi dalam mata  pelajaran matematikan dan Bahasa Indonesia. Aku senang  punya teman seperti dia.

 Bulan Oktober  terjadi pertengkaran antara Citra dan Jihan.

Dia bertengkar karena dalam persahabatan Jihan membentuk nama persahabatan, yaitu INJI yang berarti Ines,Nining, Jihan, Isti.  Citra sangat tertekan dia merasa bahwa dirinya tak dianggap teman mereka karena namanya tidak tercantum dalam nama grup itu.

Jihan dan Citra adu mulut.  Aku menarik Citra agar tak terjadi pertengkaran lagi.

"Tak usah diambil hati. Namaku juga tidak tercantun dalam grup itu” kataku pada Citra.

Citra menerima usulku tapi Jihan menganggapku memihak pada Citra. Akibatnya, pertemananku dengan Jihan hancur.

Aku pun berteman bersama Citra apapun masalahnya  aku tidak akan pernah menghapus Citra dari daftar persahabatanku.

Seminggu berlalu setelah pertengkaran keduanya masih saja tidak aku. Aku pernah berkata kepada Citra aku tak akan menemani dia kalau bukan dari perintahnya.

Citra memberitahu ibunya kalau dia bertengkar dengan Jihan karena Citra menganggap dirinya tidak dihargai. Ibu citra sangat marah. Ibu Citra menelepon Jihan dan memarahinya begitu pula dengan Ines dia pun ikut dimarahi oleh Ibunya Citra.

Menjelang libur Citra mengabariku kabar kalau dia hendak ke Balikpapan. Citra meminta izin pada Ibu Wali Kelas untuk perjalanan seminggu.

Hari Minggu citra pergi hari Senin, aku sendirian tidak ada yang menemaniku. Tapi mungkin Jihan, Ines dan Nining kasihan kepadaku. Dia menemuiku.  Aku berteman kembali dan meminta maaf pada mereka. mereka memaafkanku.

“Jangan beritahu Citra kalau kita sudah berteman kembali” Bisik Jihan.

Seminggu setelah Citra pergi ke Balikpapan dia pun kembali pulang dengan membawa oleh-oleh untukku. Cemilan dan ikat rambut  yang sama dengan miliknya. Dua hari setelah Citra pulang, Citra kembali berteman dengan Jihan, Nining, Ines dan Isti. Aku tidak tahu bagaimana awal mulanya. Hatiku sangat senang melihat mereka akur kembali. Setelah itu kami semua menghitung berapa hari kami tidak berteman. Ternyata satu bulan.

Kami berpegangan tangan dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi.

Di kelas 6,  wali kelasku bernama Pak Rasyid. Pak Rasyid adalah ayahnya Jihan Nabila Isma. Saat ada lomba Olimpiade  Sains Nasional, Ines terpilih lomba Olimpiade Matematika dan Jihan Lomba IPA. Jihan berhasil keluar sebagai juara II dan Ines sebagai juara I. Ines mewakili kabupaten dalam Lomba Matematika.

Kami ikut senang dengan prestasi kedua temanku itu.

Sambil duduk-duduk di bawah pohon ketapang di sudut pekarangan sekolah, kami saling berbagi perasaan kalau tak lama lagi akan berpisah, kami sedih sekaligus senang menunggu pelaksanaan Ujian Nasional.

Lama  hari kujalani, hari Ujian Nasional pun tiba. Kujalani ujian dengan bersungguh-sungguh dan hasilnya kami semua lulus. Aku senang tapi aku pun sedih karena akan berpisah dengan teman-teman. Aku senang punya teman seperti mereka, saling membantu, saling menghargai satu sama lain.

            Hari perpisahan tiba, kami sedih, kamu berpelukan dan berjanji untuk tidak melupakan masa-masa indah di sekolah ini, buatlah jadi kenangan karena ini tidak akan pernah terulang kembali . aku menangis terseduh. Kami bersalaman kepada Bapak dan Ibu Guru dan berpamitan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar