Rabu, 10 Oktober 2018

AKU TIDAK TAHU Oleh Lisa Alfianita


AKU TIDAK TAHU
Lisa Alfianita 


Ketika aku masih di kelas 6 sekolah dasar aku selalu berjalan kaki bersama tetanggaku yang juga teman sekelasku ke sekolah. Aku biasanya berangkat pada pukul 07.00 karena aku harus menyempatkan waktu untuk membersihkan depan dan belakang kelasku bersama dengan teman-teman lainnya.

Setelah kegiatan bersih-bersih selesai, aku dan teman-teman menunggu bel berbunyi sambil bercanda ria. Maklum kalau di sekolah dasar, tak bisa lepas dari yang namanya bercanda karena keseruan yang tidak bisa aku lewatkan. Sangat menyenangkan sampai-sampai tak terasa bel berbunyi dengan deringnya yang sudah kuhafal.

Mendengar bel berbunyi, kami berbaris terlebih dahulu sebelum masuk kelas. Kami dibariskan oleh Ali ketua kelasku.

Setelah barisan rapi, aku dan teman-teman masuk kelas satu persatu dan salam kepada ibu guru yang telah menunggu di depan kelas.

Pelajaran yang kupelajari pada jam pertama adalah matematika. Pada jam pelajaran ini berjalan dengan seru. Aku mengatakan seru karena saat diberi materi aku dan teman-temanku harus segera memahaminya. Setelah semua murid mengerti barulah guru memberi beberapa soal untuk latihan. Apakah murid telah memahaminya atau belum.

Saat mengerjakan tugas atau latihan aku bekerja sama dengan semua perempuan di kelas. Aku yang mengerjakan soal-soalnya, ada yang membantuku mengali, membagi dan ada pula yang hanya menyontek. Perempuan berkumpul di bangkuku, sedangkan laki-laki berkumpul di bangku ketua kelas yang juga menjadi sainganku dari kelas 3 sampai kelas 6.

Yang cepat selesai dia yang menang. Jam itu berlangsung seru.

Setelah pelajaran matematika bel berbunyi tanda waktu istirahat. Aku dan teman-temanku istirahat di kantin sekolah. Setelah menyantap habis makanan, aku dan teman-teman bermain  dalam kelas sambil menunggu bel berbunyi.

Tak lama kemudian tiga orang temanku yang laki-laki memanggilku ke bangku belakang. Mereka adalah Adi, Beni dan Deni. Adi duduk di tengah, Deni duduk di samping kiri dan Beni berbaring di pangkuan Adi.

Menjelang bel masuk jam kedua yaitu PJOK berupa teori. Aku bergegas ke sana karena rasa penasaran. setiba di depan mereka disitulah inti mengalamanku. Kali ini Adi dan Deni menatapku sambil tersenyum. Di situ pula rasa penasaranku semakin jauh.

Tak lama kemudian Adi berkata padaku ”Lisa, kita memang cocok, kamu lanjut di SMP 4, aku juga di SMP 4” Kata Adi menatapku dengan senyuman khasnya.

Aku berkata dalam hati “Apa maksud Adi mengatakan itu ya?”

Di saat yang bersamaan, Deni tersenyum-senyum padaku begitu pula dengan Beni.

                Tiba-tiba bel tanda masuk berbunyi menghentikan pembicaraanku dengan Adi, Deni dan Beni dan secara tiba-tiba pula Adi langsung berkata “ Kamu mau ngak”

Aku masih bingung, tetapi guru mata pelajaran PJOK telah memasuki kelas. aku bergegas ke bangku tetapi aku sempat berbalik padanya lalu berkata “Aku tidak tahu”.

Guru mata pelajaran menyuruhku untuk mengambil buku di ruangannya. Aku terus saja memikirkan itu “Apa maksud Adi Tadi?, apa dia menembakku? Kata hatiku. Aku sampai di ruangan pak guru dan mengambil buku..

 Diperjalanan pulang ke kelas. Aku tetap memikirkan perkataan Adi tadi “Aku tak mau dulu berpacaran. Aku ingin fokus belajar dulu” kata hatiku lagi, waktu aku sudah hampir sampai tiba-tiba Deni datang, dia berkata “Lisa, apa kamu menerimanya?”

Dengan spontan aku berkata “Tidak, aku tidak mau” Menjawab pertanyaan Deni dengan lembut dan senyum malu-malu.

Saat pulang, aku selalu memikirkan itu hingga ke rumahku. Tak disengaja terlinta di pikiranku “Mungkin itu hanya tantangan yang diberikan Deni dan Beni atau itu benar-benar dari hatinya?.

Seiring berjalannya waktu aku berpikir” sebenarnya aku juga menyukainya, mungkin dialah cinta pertamaku kata hati dan pikiranku.

Waktu terus berjalan sampai aku kelas VIII SMP. Waktu itu Aldi baru membuat akun di facebook.  Dia meminta pertemanan padaku lalu aku mengomfirmasinya. Sejak saat itu, dia selalu mengechatku   setiap hari .

 Pada suatu hari dia berkata “”Apa kau mau melihat pacarku?”

“Iya” jawabku yakin.

Dia pun mengirmkan sebuah foto, ketika aku membuka foto itu, betapa terkejutnya aku, itu adalah foto profil akun pacebookku.

“Maksudnya?” bertanya padanya

“Apa kau mau jadi pacarku?”

“Aku tidak tahu “ jawabku ragu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar