KEMENANGAN YANG TERTUNDA
Yuni Arnesa
Jumat 17 April 2018
Pukul 09.00, aku dan teman-teman ikut kegiatan pengembangan diri. Semua
siswa bebas memilih Pengembangan diri sesuai kehendak mereka. Aku, Vira, Nisa,
dan Tisa mengikuti Pengembangan diri IPA yang di bimbing oleh Ibu Farida selaku
guru IPA di kelas delapan.
Ikut pengembangan diri sangatlah baik karena kita bisa mendapatkan
tambahan ilmu tentang yang diampu, selain itu aku tidak bosa menerima materi
karena cara penyampaian materinya mudah dipahami.
Bulan April biasanya diadakan Olimpiade Sains Nasional
tingkat SMP dan sekolah kami selalu mengutus wakil untuk mengikuti lomba tersebut.
Aku bersungguh-sungguh mengikuti pengembangan diri itu. Siapa tahu aku
terpilih mewakili sekolah.
Demikianlah kesibukan
siswa pada hari JUmat. Masing-masing siswa sibuk dengan Pengembangan diri
pilihannya. Ada berolah raga, menjahit dan main musik.
Bel berbunyi nyaring
pertanda jam Pengembangan diri selesai. Semua siswa berbondong-bondong menuju
kantin. Semua siswa berlomba-lomba untuk sampai di kantin karena siapa cepat
siapa dapat. Kantinnya terbatas. Kantin yang ada di belakang kelasku, baru 5
menit jam istirahat, kantin itu sudah ramai
hingga harus berdesa-desakan dengan siswa lain.
Beraneka makanan
yang tersedia di kantin itu. Aku membeli cemilan dan air minum saja karena
uangku Cuma Rp.3.000 dan kusisihkan Rp.1.000 untuk kutabung.
Setelah mendapatkan
apa yang hendak kubeli, aku kembali ke kelas untuk memakan cemilanku dengan
duduk di bangku masing-masing. Tata tertib di sekolah melarang siswa berada di
luar ruang kelas saat jam istirahat. Tetapi aku tak selalu mengikuti tata
tertib tersebut karena aku malu makan di luar kelas apalagi banyak siswa
laki-laki yang melihatku makan.
Saat aku baru
membuka jajananku tiba-tiba ibu Farida kembali ke kelasku. Ia memanggilku
bersama-teman-teman lain yang ikut Pengembangan diri IPA. Dalam pertemuan
singkat itu Ibu Farida memberitahu bahwa
aku terpilih mewakili lomba OSN. Aku senang menerima tugas itu. Teman-teman
memberiku ucapan selamat.
Ibu Farida
menyuruhku untuk mempelajari materi IPA yang pernah kupelajari mulai dari
pelajaran kelas VII sampai kelas IX. Saat ini aku baru mempelajarai materi IPA
kelas VII dan kelas VIII.
Bu Farida
meninggalkan kelas dan aku kembali melanjutkan memakan jajananku.
Kabar gembira ini
kusampaikan kepada kedua orang tuaku. Ibuku sangat senang. Ia menyurku untuk
rajin belajar dan berdoa. Aku pun mengikuti
sarannya.
Di sekolah aku
dilatih dengan soal-soal OSN tahun sebelumnya. Ibu Farida menyuruhku untuk
mempelajarinya. Dengan senang hati aku menerima.
Sabtu, 24 April 2018
Hari yang kutunggu
tiba. Kepalaku terasa sakit. Aku
bingung. Apakah aku bisa memahami materi ini. Namun aku tak peduli kepalaku
sakit. Aku tetap melajutkan belajarku. Tapi plajaran yang sudah kuhafal kembali
tidak kuingat. Pelajaran yang kubaca pun tak mau tersimpan di pikiranku. Aku
sangat sedih dan berpikir bagaimana nanti aku bisa mengerjakan soal jika
kepalaku sangat sakit?.
Aku tak memberitahu hal ini kepada ibuku. Aku
takut ibuku khawatir kepadaku. Aku bergegas memasukkan buku dalam tasku dan
berangkat ke sekolah.
Saat akan berangkat,
aku lupa. Aku harus membawa foto ukuran 3x4 tapi aku tak punya. Aku mengambil
HPku dan memotret diriku namun hasilnya tidak memuaskan. Gelap dan tak jelas.
Aku semakin bingung dan berangkat tanpa membawa foto. Sesampai di sekolah aku
memberitahu Ibu Farida kalau aku tak punya foto. Ibu Farida memotretku dengan
HPnya.
Aku dan ibu Farida
berangkat ke tempat lomba. Betapa tegangnya melihat banyaknya peserta lomba. Bu
Farida mengantarku ke kelas dimana kelas IPA diadakan. Aku masih menyempatkan
diri untuk belajar sebelum lomba dimulai. Kepalaku sakit lagi saat membaca
buku. Terlintas di pikiranku semua peserta lomba ini pasti lebih pintar dariku.
Mereka tentu telah belajar dengan giat sedangkan aku tak bisa membaca lama.
Bel berbunyi
menandakan lomba dimulai. Soal dibagikan beserta lembar jawaban. Aku membaca
basmalah sebelum membuka soal. Betapa terkejutnya aku. Tak satu pun yang sudah
kupelajari.
Dengan rasa yakin
dan bercampur tegang aku menjawab soal itu. Aku melirik peserta lainnya. Mereka
mengerjaan soal dengan tenang sedang aku bercucuran keringat. Aku hanya
menuruti kata hatiku untuk menjawab soal-soal yang belum pernah sama sekali
kupelajari. Beberapa menit berlalu, aku dan peserta lainnya mengumpul kertas
jawaban lalu keluar dari ruangan dengan rasa takut akan hasilnya.
Bu Farida
menjemputku untuk kembali ke sekolah.
Beberapa hari
berlalu Pak Anto Guru IPS mengabarkan bahwa perwakilan dari sekolah ini tak ada
yang mendapat juara. Walau aku tak bakal menang, aku kecewa dan sedih. Aku
pulang ke rumah membawa kabar buruk buat ibu.
“Tak apa kamu tak dapat juara yang penting
kamu sudah berusaha. Mungin ini belum rezkimu” kata Ibuku.
Dari pengalaman itu, aku meningkatkan cara
belajarku agar kemenanganku yang tertuda dapat kuraih pada lomba berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar