Minggu, 14 Oktober 2018

KEMENANGAN YANG TERTUNDA Oleh YUNI ARNESA


KEMENANGAN YANG TERTUNDA
Yuni Arnesa 

Jumat 17 April 2018

Pukul 09.00, aku dan teman-teman ikut kegiatan pengembangan diri. Semua siswa bebas memilih Pengembangan diri sesuai kehendak mereka. Aku, Vira, Nisa, dan Tisa mengikuti Pengembangan diri IPA yang di bimbing oleh Ibu Farida selaku guru IPA di kelas delapan.

Ikut pengembangan diri sangatlah baik karena kita bisa mendapatkan tambahan ilmu tentang yang diampu, selain itu aku tidak bosa menerima materi karena cara penyampaian materinya mudah dipahami.

 Bulan April   biasanya diadakan Olimpiade Sains Nasional tingkat SMP dan sekolah kami selalu mengutus  wakil untuk mengikuti lomba tersebut.

Aku bersungguh-sungguh mengikuti pengembangan diri itu. Siapa tahu aku terpilih mewakili sekolah.

Demikianlah kesibukan siswa pada hari JUmat. Masing-masing siswa sibuk dengan Pengembangan diri pilihannya. Ada berolah raga, menjahit dan main musik.

Bel berbunyi nyaring pertanda jam Pengembangan diri selesai. Semua siswa berbondong-bondong menuju kantin. Semua siswa berlomba-lomba untuk sampai di kantin karena siapa cepat siapa dapat. Kantinnya terbatas. Kantin yang ada di belakang kelasku, baru 5 menit jam istirahat, kantin itu sudah ramai  hingga harus berdesa-desakan dengan siswa lain.

Beraneka makanan yang tersedia di kantin itu. Aku membeli cemilan dan air minum saja karena uangku Cuma Rp.3.000 dan kusisihkan Rp.1.000 untuk kutabung.

Setelah mendapatkan apa yang hendak kubeli, aku kembali ke kelas untuk memakan cemilanku dengan duduk di bangku masing-masing. Tata tertib di sekolah melarang siswa berada di luar ruang kelas saat jam istirahat. Tetapi aku tak selalu mengikuti tata tertib tersebut karena aku malu makan di luar kelas apalagi banyak siswa laki-laki yang melihatku makan.

Saat aku baru membuka jajananku tiba-tiba ibu Farida kembali ke kelasku. Ia memanggilku bersama-teman-teman lain yang ikut Pengembangan diri IPA. Dalam pertemuan singkat itu Ibu Farida memberitahu  bahwa aku terpilih mewakili lomba OSN. Aku senang menerima tugas itu. Teman-teman memberiku ucapan selamat.

Ibu Farida menyuruhku untuk mempelajari materi IPA yang pernah kupelajari mulai dari pelajaran kelas VII sampai kelas IX. Saat ini aku baru mempelajarai materi IPA kelas VII dan kelas VIII.

Bu Farida meninggalkan kelas dan aku kembali melanjutkan memakan jajananku.
Kabar gembira ini kusampaikan kepada kedua orang tuaku. Ibuku sangat senang. Ia menyurku untuk rajin belajar dan berdoa.  Aku pun mengikuti sarannya.

Di sekolah aku dilatih dengan soal-soal OSN tahun sebelumnya. Ibu Farida menyuruhku untuk mempelajarinya. Dengan senang hati aku menerima.

Sabtu, 24 April 2018

Hari yang kutunggu tiba. Kepalaku terasa  sakit. Aku bingung. Apakah aku bisa memahami materi ini. Namun aku tak peduli kepalaku sakit. Aku tetap melajutkan belajarku. Tapi plajaran yang sudah kuhafal kembali tidak kuingat. Pelajaran yang kubaca pun tak mau tersimpan di pikiranku. Aku sangat sedih dan berpikir bagaimana nanti aku bisa mengerjakan soal jika kepalaku sangat sakit?.

 Aku tak memberitahu hal ini kepada ibuku. Aku takut ibuku khawatir kepadaku. Aku bergegas memasukkan buku dalam tasku dan berangkat ke sekolah.

Saat akan berangkat, aku lupa. Aku harus membawa foto ukuran 3x4 tapi aku tak punya. Aku mengambil HPku dan memotret diriku namun hasilnya tidak memuaskan. Gelap dan tak jelas. Aku semakin bingung dan berangkat tanpa membawa foto. Sesampai di sekolah aku memberitahu Ibu Farida kalau aku tak punya foto. Ibu Farida memotretku dengan HPnya.

Aku dan ibu Farida berangkat ke tempat lomba. Betapa tegangnya melihat banyaknya peserta lomba. Bu Farida mengantarku ke kelas dimana kelas IPA diadakan. Aku masih menyempatkan diri untuk belajar sebelum lomba dimulai. Kepalaku sakit lagi saat membaca buku. Terlintas di pikiranku semua peserta lomba ini pasti lebih pintar dariku. Mereka tentu telah belajar dengan giat sedangkan aku tak bisa membaca lama.

Bel berbunyi menandakan lomba dimulai. Soal dibagikan beserta lembar jawaban. Aku membaca basmalah sebelum membuka soal. Betapa terkejutnya aku. Tak satu pun yang sudah kupelajari.

Dengan rasa yakin dan bercampur tegang aku menjawab soal itu. Aku melirik peserta lainnya. Mereka mengerjaan soal dengan tenang sedang aku bercucuran keringat. Aku hanya menuruti kata hatiku untuk menjawab soal-soal yang belum pernah sama sekali kupelajari. Beberapa menit berlalu, aku dan peserta lainnya mengumpul kertas jawaban lalu keluar dari ruangan dengan rasa takut akan hasilnya.

Bu Farida menjemputku untuk kembali ke sekolah.

Beberapa hari berlalu Pak Anto Guru IPS mengabarkan bahwa perwakilan dari sekolah ini tak ada yang mendapat juara. Walau aku tak bakal menang, aku kecewa dan sedih. Aku pulang ke rumah membawa kabar buruk buat ibu.

“Tak apa kamu tak dapat juara yang penting kamu sudah berusaha. Mungin ini belum rezkimu” kata Ibuku.

Dari pengalaman itu, aku meningkatkan cara belajarku agar kemenanganku yang tertuda dapat kuraih pada lomba berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar