Rabu, 14 Oktober 2015

CERPEN KARYA SISWA SMPN 4 SINJAI TIMUR


SUKA DUKA DI PONDOK SUCI
A.Syifa Fausiah Amsal  

Setelah lulus dari sekolah dasar, Syifa ingin melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama.. Shifa mendaftar pada dua sekolah.  Masing-masing SMP 2 dan Pesantren Darul Aman Gombara. Syifa lulus di kedua sekolah tersebut.. Syifa bingung memilih yang mana. Keduanya bagus. Tetapi setelah dipikir-pikir, Syifa memutuskan untuk bersekolah di pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar.

Syifa membereskan barang dan perlengkapan yang akan dibawa ke pondok. Ibu menelepon taxi yang akan membawa mereka ke pondok siang itu..

Hati Syifa terasa berat untuk meninggalkan rumah, kedua orang tua dan keluarga, tetapi demi menuntut ilmu Syifa rela melepaskan semuanya. Setelah sampai di pondok, Syifa bertemu dengan Fadillah Utami, teman satu sekolah di sekolah dasar. Dia juga hendak bersekolah di pesantren itu. Syifa dan Tami bergegas masuk ke pondok ikut antri mendaftarkan diri memperoleh baju seragam sekolah.

Hari pertama masuk asrama, Syifa mendapatkan banyak teman baru dari berbagai daerah. Antara lain dari Jakarta dan Ambon. Mereka semua sangat baik dan ramah. Mereka berkenalan satu sama lain.

Di hari pertama masuk kelas diadakan pembagian rombongan belajar. Ternyata Syifa masuk di kelas unggulan, yaitu kelas VIIB1. Hati Syifa sangat senang dan gembira. Acara dilanjutkan dengan kegiatan Masa Orientasi Pondok (MOP) selama tiga hari. 

Pelajaran di pondok ini sama dengan sekolah lainnya  kecuali penerapan hari libur. Libur pekan pada hari Jumat dan bukan hari Minggu.

Sebulan berlalu, Syifa dan santriyah lain telah mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan pondok yaitu dengan mematuhi segala peraturan yang ada di pondok.

Ada juga santriyah yang nakal dan sering melanggar OSIS. Diantaranya Fakhirah yang sering tidak salat dan jarang mengikuti kegiatan pondok. Syipa dan Ummy menasihati Fakhirah tapi Fakhira memang keras kepala dan tak menghiraukan nasihat Syifa.

Setiap malam Jumat kegiatan wajib pondok yaitu yasinan. Semua santriyah diarahkan oleh OSIS untuk berkumpul di musallah putri setelah salat isya.

 Tiba-tiba ustazah Ratna masuk ke dalam musallah dengan muka yang agak asam dengan membawa beberapa kertas. Semua santriyah terdiam. Ustazah meraih mick pembesar suara dan berkata “Saya sangat kecewa, di sini saya membawa membawa kertas resmi. Surat pernyataan untuk para pelanggar!”

Para santriyah bertanya-tanya dalam hati siapa yang mendapatkan surat pernyataan itu?  Ternyata Fakhirah termasuk di dalamnya. Fakhirah ikut menandatangani SP itu. 

            Dengan adanya SP para santriyah dapat belajar kedisiplinan dengan tidak sering melanggar peraturan.

Syifa biasanya bangun pukul 4.30 dan membangunkan Surnayyah dan Fahmi temannya untuk diajak bersama ke sumur. Syifa tidak pernah ikut antir karena ia salah satu santri yang bangunnya sanga cepat. Setelah selesai mandi Syifa mengenakan  pakaian sekolah dan membawa perlengkapan salat ke musollah untuk melaksanakan salat subuh berjamaah.

Setiap awal bulan, setiap santriyah dipulangkan selama sehari atau lebih dikenal dengan sebutan pulang massal.

Shyfa menelepon ibunya agar menjemputnya. Ibu Syifa tidak bisa datang karena ia akan sampai di Makassar malam hari.

Syifa segera mengeluarkan buku surat perizinan untuk ditandatangani oleh petugas perizinan agar memperoleh izin untuk pulang. Hati Syifa senang bisa terbebas sesaat dari penjara suci itu. Shyfa tidak ingin menyia-nyiakan waktu. Syifa akan menggunakan waktu berharga itu dengan bersenang-senang. Kakak sepupu Syifa pun datang menjemputnya.

Bagun pagi di hari yang cerah, syifa melihat ibunya di dapur menyiapkan sarapan. Shifa langsung memeluk ibunya melepas rasa kangennya..

Siang itu Syifa ditemani ibunya berjalan-jalan ke tempat perbelanjaan. Tapi waktu terasa cepat berlalu. Ibu harus pulang ke Sinjai. Dan tak terasa pula Syifa harus kembali ke pondok sore itu. kenangan sehari bersama ibunya sangat berkesan buat Syipa.

Sewaktu penamatan  OSIS, Syifa ditunjuk menjadi piket umum bersama dengan Hasna, Riska dan Mipa. Syifa sangat senang karena dapat dipercaya menjadi piket umum dihari penamatan. Tugas syifa dan teman piketnya adalam mengatur para santriyah untuk mengkosongkan asrama putri untuk menuju ke lingkungan putra. Syifa menghimbau agar tidak ada yang meninggalkan tempat  sebelum acara selesai saat penamatan.

Setelah salat isya, santriyah berkumpul di depan kantor putri untuk pergi menonton pentas kemewahan penamatan di tempat putra. Tiba-tiba ustaz Yusuf datang dan melarang para santriyah untuk ke pentas penamatan. Para santriyah sangat kecewa dan melampiaskan kekecewaannya dengan kata-kata yang tak pantas dikeluarkan mulut para santriyah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar