SUKA DUKA DI PONDOK SUCI
A.Syifa Fausiah Amsal
Setelah lulus dari sekolah dasar,
Syifa ingin melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama.. Shifa
mendaftar pada dua sekolah. Masing-masing
SMP 2 dan Pesantren Darul Aman Gombara. Syifa lulus di kedua sekolah tersebut..
Syifa bingung memilih yang mana. Keduanya bagus. Tetapi setelah dipikir-pikir,
Syifa memutuskan untuk bersekolah di pondok Pesantren Darul Aman Gombara
Makassar.
Syifa membereskan barang dan
perlengkapan yang akan dibawa ke pondok. Ibu menelepon taxi yang akan membawa
mereka ke pondok siang itu..
Hati Syifa terasa berat untuk
meninggalkan rumah, kedua orang tua dan keluarga, tetapi demi menuntut ilmu
Syifa rela melepaskan semuanya. Setelah sampai di pondok, Syifa bertemu dengan
Fadillah Utami, teman satu sekolah di sekolah dasar. Dia juga hendak bersekolah
di pesantren itu. Syifa dan Tami bergegas masuk ke pondok ikut antri
mendaftarkan diri memperoleh baju seragam sekolah.
Hari pertama masuk asrama, Syifa
mendapatkan banyak teman baru dari berbagai daerah. Antara lain dari Jakarta
dan Ambon. Mereka semua sangat baik dan ramah. Mereka berkenalan satu sama
lain.
Di hari pertama masuk kelas diadakan
pembagian rombongan belajar. Ternyata Syifa masuk di kelas unggulan, yaitu
kelas VIIB1. Hati Syifa sangat senang dan gembira. Acara dilanjutkan dengan
kegiatan Masa Orientasi Pondok (MOP) selama tiga hari.
Pelajaran di pondok ini sama dengan
sekolah lainnya kecuali penerapan hari
libur. Libur pekan pada hari Jumat dan bukan hari Minggu.
Sebulan berlalu, Syifa dan santriyah
lain telah mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan pondok yaitu dengan
mematuhi segala peraturan yang ada di pondok.
Ada juga santriyah yang nakal dan sering
melanggar OSIS. Diantaranya Fakhirah yang sering tidak salat dan jarang
mengikuti kegiatan pondok. Syipa dan Ummy menasihati Fakhirah tapi Fakhira
memang keras kepala dan tak menghiraukan nasihat Syifa.
Setiap malam Jumat kegiatan wajib
pondok yaitu yasinan. Semua santriyah diarahkan oleh OSIS untuk berkumpul di
musallah putri setelah salat isya.
Tiba-tiba ustazah Ratna masuk ke dalam
musallah dengan muka yang agak asam dengan membawa beberapa kertas. Semua
santriyah terdiam. Ustazah meraih mick pembesar suara dan berkata “Saya sangat
kecewa, di sini saya membawa membawa kertas resmi. Surat pernyataan untuk para
pelanggar!”
Para santriyah bertanya-tanya dalam
hati siapa yang mendapatkan surat pernyataan itu? Ternyata Fakhirah termasuk di dalamnya. Fakhirah
ikut menandatangani SP itu.
Dengan adanya SP para santriyah dapat
belajar kedisiplinan dengan tidak sering melanggar peraturan.
Syifa biasanya bangun pukul 4.30 dan
membangunkan Surnayyah dan Fahmi temannya untuk diajak bersama ke sumur. Syifa
tidak pernah ikut antir karena ia salah satu santri yang bangunnya sanga cepat.
Setelah selesai mandi Syifa mengenakan
pakaian sekolah dan membawa perlengkapan salat ke musollah untuk
melaksanakan salat subuh berjamaah.
Setiap awal bulan, setiap santriyah dipulangkan
selama sehari atau lebih dikenal dengan sebutan pulang massal.
Shyfa menelepon ibunya agar
menjemputnya. Ibu Syifa tidak bisa datang karena ia akan sampai di Makassar
malam hari.
Syifa segera mengeluarkan buku surat
perizinan untuk ditandatangani oleh petugas perizinan agar memperoleh izin
untuk pulang. Hati Syifa senang bisa terbebas sesaat dari penjara suci itu.
Shyfa tidak ingin menyia-nyiakan waktu. Syifa akan menggunakan waktu berharga
itu dengan bersenang-senang. Kakak sepupu Syifa pun datang menjemputnya.
Bagun pagi di hari yang cerah, syifa
melihat ibunya di dapur menyiapkan sarapan. Shifa langsung memeluk ibunya
melepas rasa kangennya..
Siang itu Syifa ditemani ibunya
berjalan-jalan ke tempat perbelanjaan. Tapi waktu terasa cepat berlalu. Ibu
harus pulang ke Sinjai. Dan tak terasa pula Syifa harus kembali ke pondok sore
itu. kenangan sehari bersama ibunya sangat berkesan buat Syipa.
Sewaktu penamatan OSIS, Syifa ditunjuk menjadi piket umum
bersama dengan Hasna, Riska dan Mipa. Syifa sangat senang karena dapat
dipercaya menjadi piket umum dihari penamatan. Tugas syifa dan teman piketnya
adalam mengatur para santriyah untuk mengkosongkan asrama putri untuk menuju ke
lingkungan putra. Syifa menghimbau agar tidak ada yang meninggalkan tempat sebelum acara selesai saat penamatan.
Setelah salat isya, santriyah
berkumpul di depan kantor putri untuk pergi menonton pentas kemewahan penamatan
di tempat putra. Tiba-tiba ustaz Yusuf datang dan melarang para santriyah untuk
ke pentas penamatan. Para santriyah sangat kecewa dan melampiaskan
kekecewaannya dengan kata-kata yang tak pantas dikeluarkan mulut para
santriyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar