ANTARA HIDUP DAN MATI
Ramlan
Kejadian itu bermula di hari Rabu
bulan ramadhan puasa kedua. Waktu sahur, aku makan banyak agar siang hari aku
tidak lapar. Setelah makan sahur aku membawa al-quran di ruang keluarga sambil
menonton televise menantikan azan subuh berkumandang.
Pagi hari aku memberi makan ayam
peliharaanku, membersihkan tempat tidur, menyapu rumah, memasak air dan mencuci
piring bersama adikku.
Setela melaksanakan pekerjaan rumah
aku ke sawah untuk mengeluarkan sapiku dari kandang dan memberinya rumput. Agak
siang baru aku pulang. Di tengah jalan teman-teman memanggilku berenang. Sekarang musim hujan, air sungai meluap.
Kepalaku terasa sakit tapi aku tak menghirukan. Aku tetap berenang dengan suka
cita.
Aku pulang kerumah setelah azan
duhur berkumandang. Tak terasa. Aku mandi lalu sholat di rumah. Kulanjutkan
dengan menonton televisI hingga ketiduran.
Aku bangun setelah sore, aku
bergegas mengambil air wudhu dan sholat ashar lalu main hingga sampai saat
berbuka puasa.
Menjelang sholat isya, aku ke masjid
untuk sholat tarawih
Bersama Fitra, Aidil, Anis, Ayub dan
yang lainnya menjalankan sholat isya lalu keluar pekarang bermain petak umpet.
Hampir setiap malam kalau aku ke masjid, pasti aku tidak sholat tarawih. Main
saja.
Setelah main dan salat tarawih
selesai, aku pulang dan tidur.
Seperti biasa, setelah sahur, aku
melakukan aktivitas seperti biasanya.
Ketika pergi berenang siang hari,
kepalaku terasa sakit lagi. Aku tak menghiraukannya. Aku tetap berenang bersama
teman-teman.
“Tempat berenang kita, angker” Anis
mencoba menakutiku
“Bukan kenyataan.”. Kataku.
“Benar, aku tidak bohong” kata Anis
“Terserah mau bilang apa, yang
penting kita berenang” jawabku
Kami pun melanjutkan berenang selama
mungkin. Waktu tak terasa berlalu kami pun naik dan membersihkan diri di sumur
dekat jembatan. Kepalaku terasa sakit sekali. Aku pulang ke rumah dan
tidur dan bangun menjelang buka puasa.
Ketika berbukan puasa, aku minta
tolong ibuku dibelikan obat sakit kepala. Kepalaku terasa sakit kembali.
setelah makan obat aku sehat kembali.
Aku ke masjid untuk main petak umpet lagi.
Waktu sahur aku sehat-sehat saja.
Kepalaku tak terasa sakit. aku makan dengan lahap lalu ke masjid untuk salat
subuh.
Selesai salat subuh aku
berbincang-bincang di depan rumah bersama Anis. pukul 7, aku bubaran dan pergi
ke sawah untuk mengeluarkan sapiku dari kandang. Seperti biasa ketika pulang,
kepalaku sakit lagi badanku terasa sakit tak bisa kugerakkan. Aku kembali
mengeluh ke ibu.
“Ma, badanku terasa sakit, aku
lemas. Kepalaku juga sakit”
“Kamu sakit apa? Selidik ibuku
“Tidak tahu”jawabku sambil meringis.
Aku diantar ke rumah tanteku untuk
dipijat agar sakitnya hilang. Bukannya sembuh malah tambah sakit kalau dipijat.
Aku tetap melanjutkan puasaku kemudian aku tidur untuk menghilangkan rasa
lelahku.
Ketika aku tidur, adikku
membangunkanku “Eh, kak, ada temanmu yang datang”
“Siapa sih” jawabku malas-malasan.
“Tidak tahu deh itu” jawab adikku
Aku kemudian menemuinya. Ternyata
Yusril
“Ada apa Yusril?”
“Tolong bantuin aku kerjain
matematikaku”
“Iya. Iya deh sini aku kerjakan”
Aku kemudian membantu Yusril
mengerjakan matematikanya hingga selesai lalu melanjutkan tidurku.
Ketika aku bangun sore hari, badanku
semakin lemas. Untuk bangun saja aku tidak bisa. Aku terpaksa membatalkan
puasaku. Aku hanya bisa makan sepotong kue dan seengah gelas air.
Malam itu malam Jumat, aku kebali
demam. Aku hanya bisa tidur, tidur dan tidur. tengah malam anjing melolong
sangat keras. seekor anjing yang melintas di samping rumah berlari seperti
mengejar sesuatu.
”Kamu harus mengingat Allah” kata
ibuku dengan nada cemas.
“Iya Ma” jawabku singkat.
Pukul 8 pagi aku bermimpi buruk, aku
mengigau. Ditengah-tengah igauanku, aku mencekik ibuku. Aku seperti dimasuki
setan. Aku kaku, tak dapat bergerak. Aku mencoba melawan dalam hati tapi aku
tak bisa. Ibuku memanggil Omku yang kebetulan dukun. Ia mengobatiku dengan
mantra dan meniupku.
Ibuku panik, histeris dan hanya bisa
menangis. Ia tidak sanggup lagi melihatku tapi omku terus mengobatiku dengan
sekuat tenaga dan kemampuannya. Aku hanya bisa bicara dalam hati saja karena
mulutku tak bisa kugerakkan.
Aku berkata dalam hati “Ya Allah
tolonglah aku. Jika memang engkau mau mengambil nyawaku, ambillah. Aku pasrah.”
Air mataku berlinang.
Kemudian aku sadar dan memanggil
ibuku.
“Kamu sudah sadar, Nak” kata ibuku
girang sambil menghapus air matanya.
Ibuku memberiku segelas air minum .
Setelah aku baikan, aku kembali
tidur tapi setelah sahur aku kembali mengigau. Aku tak dapat bergerak kembali.
badanku terasa sakit sekali
“Ma bunuh saja aku. Aku tak sanggup
lagi. Aku sakit sekali.” Aku mengerang.
“Sadar Nak, sadar” ibuku panik .
Tak lama berselang aku kembali sadar
dan tertibur. Aku tidak puasa aku tidak dapat menahan lapar dan dahaga. Tapi
apapun yang kumakan aku memuntahkannya kembali hingga aku dibawah ke Puskesmas
untuk diperiksa. Kata suster, aku kena sakit tipes. Aku pun diberi obat untuk
diminum ditambah obat herbal yang rasanya pahit sekali.
Hari demi hari kulewati dengan rasa
sakit yang begitu hebat sehingga terpaksa tidak menghadiri penerimaan rapor di
sekolah. Aku rengking dua di kelas dan mendapatkan hadiah dari wali kelasku.
Kini aku sudah sembuh. Terima kasih
ya Allah karena masih memberiku kesempatan.
30 September 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar