Rabu, 14 Oktober 2015

CERPEN KARYA SISWA SMP NEGERI 4 SINJAI TIMUR


ANTARA HIDUP DAN MATI
Ramlan

Kejadian itu bermula di hari Rabu bulan ramadhan puasa kedua. Waktu sahur, aku makan banyak agar siang hari aku tidak lapar. Setelah makan sahur aku membawa al-quran di ruang keluarga sambil menonton televise menantikan azan subuh berkumandang.

Pagi hari aku memberi makan ayam peliharaanku, membersihkan tempat tidur, menyapu rumah, memasak air dan mencuci piring bersama adikku.

Setela melaksanakan pekerjaan rumah aku ke sawah untuk mengeluarkan sapiku dari kandang dan memberinya rumput. Agak siang baru aku pulang. Di tengah jalan teman-teman memanggilku berenang.  Sekarang musim hujan, air sungai meluap. Kepalaku terasa sakit tapi aku tak menghirukan. Aku tetap berenang dengan suka cita.

Aku pulang kerumah setelah azan duhur berkumandang. Tak terasa. Aku mandi lalu sholat di rumah. Kulanjutkan dengan menonton televisI hingga ketiduran.

Aku bangun setelah sore, aku bergegas mengambil air wudhu dan sholat ashar lalu main hingga sampai saat berbuka puasa.

Menjelang sholat isya, aku ke masjid untuk sholat tarawih

Bersama Fitra, Aidil, Anis, Ayub dan yang lainnya menjalankan sholat isya lalu keluar pekarang bermain petak umpet. Hampir setiap malam kalau aku ke masjid, pasti aku tidak sholat tarawih. Main saja.
Setelah main dan salat tarawih selesai, aku pulang dan tidur.

Seperti biasa, setelah sahur, aku melakukan aktivitas seperti biasanya.

Ketika pergi berenang siang hari, kepalaku terasa sakit lagi. Aku tak menghiraukannya. Aku tetap berenang bersama teman-teman. 

“Tempat berenang kita, angker” Anis mencoba menakutiku 

“Bukan kenyataan.”. Kataku.

“Benar, aku tidak bohong” kata Anis

“Terserah mau bilang apa, yang penting kita berenang” jawabku

Kami pun melanjutkan berenang selama mungkin. Waktu tak terasa berlalu kami pun naik dan membersihkan diri di sumur dekat jembatan. Kepalaku terasa sakit sekali. Aku pulang ke rumah dan tidur  dan bangun menjelang buka puasa.

Ketika berbukan puasa, aku minta tolong ibuku dibelikan obat sakit kepala. Kepalaku terasa sakit kembali. setelah makan obat aku sehat kembali.  Aku ke masjid untuk main petak umpet lagi.

Waktu sahur aku sehat-sehat saja. Kepalaku tak terasa sakit. aku makan dengan lahap lalu ke masjid untuk salat subuh.

Selesai salat subuh aku berbincang-bincang di depan rumah bersama Anis. pukul 7, aku bubaran dan pergi ke sawah untuk mengeluarkan sapiku dari kandang. Seperti biasa ketika pulang, kepalaku sakit lagi badanku terasa sakit tak bisa kugerakkan. Aku kembali mengeluh ke ibu.

“Ma, badanku terasa sakit, aku lemas. Kepalaku juga sakit”

“Kamu sakit apa? Selidik ibuku

“Tidak tahu”jawabku sambil meringis.

Aku diantar ke rumah tanteku untuk dipijat agar sakitnya hilang. Bukannya sembuh malah tambah sakit kalau dipijat. Aku tetap melanjutkan puasaku kemudian aku tidur untuk menghilangkan rasa lelahku.

Ketika aku tidur, adikku membangunkanku “Eh, kak, ada temanmu yang datang”

“Siapa sih” jawabku malas-malasan.

“Tidak tahu deh itu” jawab adikku

Aku kemudian menemuinya. Ternyata Yusril

“Ada apa Yusril?”

“Tolong bantuin aku kerjain matematikaku”

“Iya. Iya deh sini aku kerjakan”

Aku kemudian membantu Yusril mengerjakan matematikanya hingga selesai lalu melanjutkan tidurku.
Ketika aku bangun sore hari, badanku semakin lemas. Untuk bangun saja aku tidak bisa. Aku terpaksa membatalkan puasaku. Aku hanya bisa makan sepotong kue dan seengah gelas air.

Malam itu malam Jumat, aku kebali demam. Aku hanya bisa tidur, tidur dan tidur. tengah malam anjing melolong sangat keras. seekor anjing yang melintas di samping rumah berlari seperti mengejar sesuatu.

”Kamu harus mengingat Allah” kata ibuku dengan nada cemas.

“Iya Ma” jawabku singkat.

Pukul 8 pagi aku bermimpi buruk, aku mengigau. Ditengah-tengah igauanku, aku mencekik ibuku. Aku seperti dimasuki setan. Aku kaku, tak dapat bergerak. Aku mencoba melawan dalam hati tapi aku tak bisa. Ibuku memanggil Omku yang kebetulan dukun. Ia mengobatiku dengan mantra dan meniupku.

Ibuku panik, histeris dan hanya bisa menangis. Ia tidak sanggup lagi melihatku tapi omku terus mengobatiku dengan sekuat tenaga dan kemampuannya. Aku hanya bisa bicara dalam hati saja karena mulutku tak bisa kugerakkan.

Aku berkata dalam hati “Ya Allah tolonglah aku. Jika memang engkau mau mengambil nyawaku, ambillah. Aku pasrah.” Air mataku berlinang.

Kemudian aku sadar dan memanggil ibuku.

“Kamu sudah sadar, Nak” kata ibuku girang sambil menghapus air matanya.

Ibuku memberiku segelas air minum .

Setelah aku baikan, aku kembali tidur tapi setelah sahur aku kembali mengigau. Aku tak dapat bergerak kembali. badanku terasa sakit sekali

“Ma bunuh saja aku. Aku tak sanggup lagi. Aku sakit sekali.” Aku mengerang.

“Sadar Nak, sadar” ibuku panik  .

Tak lama berselang aku kembali sadar dan tertibur. Aku tidak puasa aku tidak dapat menahan lapar dan dahaga. Tapi apapun yang kumakan aku memuntahkannya kembali hingga aku dibawah ke Puskesmas untuk diperiksa. Kata suster, aku kena sakit tipes. Aku pun diberi obat untuk diminum ditambah obat herbal yang rasanya pahit sekali.

Hari demi hari kulewati dengan rasa sakit yang begitu hebat sehingga terpaksa tidak menghadiri penerimaan rapor di sekolah. Aku rengking dua di kelas dan mendapatkan hadiah dari wali kelasku.

Kini aku sudah sembuh. Terima kasih ya Allah karena masih memberiku kesempatan.
 30 September 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar