Sabtu, 10 Oktober 2015

CERPEN KARYA SISWA SMPN 4 SINJAI TIMUR


                                                              HARI BERSEJARAH
                                                                         Hamri   

Jam dinding menunjukkan pukul 5, mentari pagi belum menampakkan wajah untuk menyapa bumi. Dalam kegelapan malam yang dingin, ayam jantang berkokok bersahutan membangunkan penghuni alam semesta. Aku bangkit dari mimpi indahku, membuka jendela kamarku. Embun membahasi rerumputan. Aroma alam segar terasa . dunia menyambut hari baru, berdoa dan berharap hari ini akan lebih menyenangkan.

Hari masih terasa dingin seusai salat subuh. Aku mengenakan sepatu lalu jongging ke lapangan nasional. Sambil beritirahat di lapangan, aku meminum air botol yang kubeli di pinggir jalan. Duduk memainkan HPku.

Sekelompok cewek jalan-jalan pagi mampir beristirahat dekat tribun lapangan. Tak satu pun aku kenal hingga tak menghiraukan mereka. Aku terus memainkan HPku dan memasang Handsetnya di kupingku.

Aku dikejutkan dengan sebuah tepukan dipundakku kucopot handset dari kupingku dan menoleh melihat orang yang menepukku. Seorang wanita cantik. kutatap wajah yang merona, bermata bulat dan berbulu mata yang lentik.

“Hey, Kak” sapa wanita itu dengan senyum dipaksakan.

“Ada apa ya?” aku berusaha santai membalas senyumnya.

“Gak, Cuma mau kenalan aja koq. Apa boleh?” kata wanita itu dengan sedikit centil.
“Boleh”

“Nama kakak siapa, ya?”

“Hamri jawabku.

“Aku Rezky” jawab gadis itu.

Aku bercakap cakap lama. Rezky menanyakan banyak hal padaku mulai dari nama, tahun lahir, sekolah asal sampai tempat tinggalku. Percakapan ini membuat pagi yang semula terasa sepi menjadi menyenangkan. Tak terasa dua jam berlalu dan Rezky mohon diri karena teman-temannya.

Enam hari berlalu, Sabtu sore itu aku telah janjian dengan 5 temanku untuk pergi ke gelanggang renang. Di jalan kami mendapat masalah. Arya, temanku membodohi kami. Arya mengaku kalau mangga yang ada dekat jembatan Tekolampe adalam miliknya. Aku, Ayyub, Ramadhani, dan Akbar mulai melempari mangga dengan batu. Tiba-tiba seseorang meneriaki kami “Awas!, ternyata kalian yang sering mencuri mangga di sini”

Tanpa diberi aba-aba kami lari tunggang langgang hingga aku terjatuh di selokan depan gelanggang renang. Teman-temanku yang sampai lebih dulu menertawaiku. Aku jadi malu dan langsung lari menuju kolam renang.

Aku melakukan lompatan salto diikuti teman lainnya sebelum mencebur ke dalam airdan berenang. Dari kejauhan aku melihat rombongan cewek yang kutemui di lapangan nasional. Rezky, wanita paling cerewet yang penah kukenal. Aku menghampiri Rezky yang duduk di pinggir kolam. Pada jarak tiga meter aku mengejutkannya dari belakang. Ia hampir jatuh dan menjerit kencang. Aku segera memegang pundaknya. Ia menoleh hendak menamparku. Sebelum tangannya sampai di pipiku aku berkata.

“Eh... satu sama”

“Eh Kak Hamri, kirain siapa kalau bukan kau pasti sudah aku tampar” kata Rezky.

“Koq galak banget sih rez” gombalku.

“Gak gitu. Aku tadi kaget aja. Kalau aku jatuh?  Siapa yang nolongin. Aku kan gak bisa berenang “katanya dengan wajah cemberut.

“Kan ada aku yang nolong kamu” gombalku lagi walau aku sendiri tidak terlalu pintar berenang.

“Berenang yuk” ajak Rezky.

“Katanya gak bisa berenang” kataku.

“Alahh.. cuman di kolam 2 meter doang koq” kata Rezky.

“Okelah kalau begitu” aku setuju.

Kami melompat hampir bersamaan ke dalam kolam. Kami saling siram air. Sakin asyiknya hingga aku tak sadari kalau Ayub sedang menyelam dibawahku lalu menarik kakiku. Aku terkejut. Rezky menarik tanganku. Aku berterima kasih padanya.

“Eh, Hamri sudah dapat pacar” teriak Akbar.

“Hamri dapat pacar lagi, sedangkan kamu belum “Arya ngeledek Akbar.

“Gak koq. Kami hanya teman. Lagian Rezky juga gak suka sama aku,ya kan Rez” kataku.

“Kalau aku suka bener sama kamu?”  Tanya Rezky.

Tiba-tiba aku menjadi kaku, pipiku, kepalaku menjadi dingin dan jantungku berdetak kencang. “Beneran?” kataku ragu.

“Em.. kalau kau anggap begitu” Kata Rezky malu-malu.

Baru kali ini aku ditembak cewek. Aku jadi malu sama teman-teman. Aku naik di pinggir kolan dan termenung sejenak. Kemudian aku kembali ke air menghmpiri Rezky.

“Aku juga suka sama kamu dari awal kita bertemu” bisikku kepada Rezky.

Aku kembali naik ke pinggir kolam tanpa menghiraukan apa yang dikatakan Rezky. Aku menuju ruang ganti.

Di jalan, Rezky mendahuluiku. Ia membunyikan klakson motornya dan memberi kode padaku dengan ibu jari dan jari kelingking ditegakkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar