HARI BERSEJARAH
Hamri
Jam dinding menunjukkan pukul 5,
mentari pagi belum menampakkan wajah untuk menyapa bumi. Dalam kegelapan malam
yang dingin, ayam jantang berkokok bersahutan membangunkan penghuni alam
semesta. Aku bangkit dari mimpi indahku, membuka jendela kamarku. Embun
membahasi rerumputan. Aroma alam segar terasa . dunia menyambut hari baru,
berdoa dan berharap hari ini akan lebih menyenangkan.
Hari masih terasa dingin seusai
salat subuh. Aku mengenakan sepatu lalu jongging ke lapangan nasional. Sambil
beritirahat di lapangan, aku meminum air botol yang kubeli di pinggir jalan.
Duduk memainkan HPku.
Sekelompok cewek jalan-jalan pagi
mampir beristirahat dekat tribun lapangan. Tak satu pun aku kenal hingga tak
menghiraukan mereka. Aku terus memainkan HPku dan memasang Handsetnya di kupingku.
Aku dikejutkan dengan sebuah tepukan
dipundakku kucopot handset dari
kupingku dan menoleh melihat orang yang menepukku. Seorang wanita cantik.
kutatap wajah yang merona, bermata bulat dan berbulu mata yang lentik.
“Hey, Kak” sapa wanita itu dengan
senyum dipaksakan.
“Ada apa ya?” aku berusaha santai
membalas senyumnya.
“Gak, Cuma mau kenalan aja koq. Apa
boleh?” kata wanita itu dengan sedikit centil.
“Boleh”
“Nama kakak siapa, ya?”
“Hamri jawabku.
“Aku Rezky” jawab gadis itu.
Aku bercakap cakap lama. Rezky
menanyakan banyak hal padaku mulai dari nama, tahun lahir, sekolah asal sampai
tempat tinggalku. Percakapan ini membuat pagi yang semula terasa sepi menjadi
menyenangkan. Tak terasa dua jam berlalu dan Rezky mohon diri karena
teman-temannya.
Enam hari berlalu, Sabtu sore itu
aku telah janjian dengan 5 temanku untuk pergi ke gelanggang renang. Di jalan
kami mendapat masalah. Arya, temanku membodohi kami. Arya mengaku kalau mangga
yang ada dekat jembatan Tekolampe adalam miliknya. Aku, Ayyub, Ramadhani, dan
Akbar mulai melempari mangga dengan batu. Tiba-tiba seseorang meneriaki kami
“Awas!, ternyata kalian yang sering mencuri mangga di sini”
Tanpa diberi aba-aba kami lari
tunggang langgang hingga aku terjatuh di selokan depan gelanggang renang.
Teman-temanku yang sampai lebih dulu menertawaiku. Aku jadi malu dan langsung
lari menuju kolam renang.
Aku melakukan lompatan salto diikuti
teman lainnya sebelum mencebur ke dalam airdan berenang. Dari kejauhan aku
melihat rombongan cewek yang kutemui di lapangan nasional. Rezky, wanita paling
cerewet yang penah kukenal. Aku menghampiri Rezky yang duduk di pinggir kolam.
Pada jarak tiga meter aku mengejutkannya dari belakang. Ia hampir jatuh dan
menjerit kencang. Aku segera memegang pundaknya. Ia menoleh hendak menamparku.
Sebelum tangannya sampai di pipiku aku berkata.
“Eh... satu sama”
“Eh Kak Hamri, kirain siapa kalau
bukan kau pasti sudah aku tampar” kata Rezky.
“Koq galak banget sih rez” gombalku.
“Gak gitu. Aku tadi kaget aja. Kalau
aku jatuh? Siapa yang nolongin. Aku kan
gak bisa berenang “katanya dengan wajah cemberut.
“Kan ada aku yang nolong kamu”
gombalku lagi walau aku sendiri tidak terlalu pintar berenang.
“Berenang yuk” ajak Rezky.
“Katanya gak bisa berenang” kataku.
“Alahh.. cuman di kolam 2 meter
doang koq” kata Rezky.
“Okelah kalau begitu” aku setuju.
Kami melompat hampir bersamaan ke
dalam kolam. Kami saling siram air. Sakin asyiknya hingga aku tak sadari kalau
Ayub sedang menyelam dibawahku lalu menarik kakiku. Aku terkejut. Rezky menarik
tanganku. Aku berterima kasih padanya.
“Eh, Hamri sudah dapat pacar” teriak
Akbar.
“Hamri dapat pacar lagi, sedangkan
kamu belum “Arya ngeledek Akbar.
“Gak koq. Kami hanya teman. Lagian
Rezky juga gak suka sama aku,ya kan Rez” kataku.
“Kalau aku suka bener sama
kamu?” Tanya Rezky.
Tiba-tiba aku menjadi kaku, pipiku,
kepalaku menjadi dingin dan jantungku berdetak kencang. “Beneran?” kataku ragu.
“Em.. kalau kau anggap begitu” Kata
Rezky malu-malu.
Baru kali ini aku ditembak cewek.
Aku jadi malu sama teman-teman. Aku naik di pinggir kolan dan termenung sejenak.
Kemudian aku kembali ke air menghmpiri Rezky.
“Aku juga suka sama kamu dari awal
kita bertemu” bisikku kepada Rezky.
Aku kembali naik ke pinggir kolam
tanpa menghiraukan apa yang dikatakan Rezky. Aku menuju ruang ganti.
Di jalan, Rezky mendahuluiku. Ia
membunyikan klakson motornya dan memberi kode padaku dengan ibu jari dan jari
kelingking ditegakkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar