ELISA
Mutia Rahma
Pukul 6, ia bangun, membuka jendela
membiarkan udara segar dan sinar mentari masuk menghangatkan badannya. Ia
bergegas mandi, sarapan dan berangkat sekolah. Ia bersekolah di Pangasa. Di
sekolah seperti biasanya ketika ia masuk kelas sudah ada teman yang
mejemputnya. Mereka adalah Yuli, Tika, Nita dan Selvi, teman yang dekat dengan
Elisa. Mereka saling bercanda, bersuka ria dan berbincang-bincang tanpa arah.
Saking asyiknya, bel tanda masuk berbunyi. Mereka berhamburan masuk kelas.
Hari itu di kelas VIb, pelajaran
pertama adalah IPS. Pak Rasyid guru IPS tidak datang. Beliau digantikan wali
kelas Pak Komar.
Seperti biasa jika guru memasuki
ruangan ketua kelas menyiapkan murid dan memberi salam. Ketua kelas VIb adalah Taufik Hidayat, orangnya ganteng,
putih dan sabar. Banyak murid menyukainya. Tapi tak satupun cewek di kelas VIb
yang ia sukai tak terkecuali Elisa..
Setelah disiapkan, pak guru memulai
pelajaran dan menyampaikan bahwa ujian sekolah sudah dekat. Pak Komar menyarankan agar rajib belajar dan mengurangi waktu bermain.
Jam istirahat, kelima sahabat itu
jajan. Mereka selaku jajan di kantin dekat ruang UKS. Mereka akrab dengan Mbak
Ela, pemilik kantin. Jika mereka membeli pasti diberi bonus. Emba Ela orangnya
baik, ramah dan menyenangkan.
Usai belanja mereka ngumpul-ngumpul
di teras memperbincangkan ujian sekolah. Elisa dan Nika akan bersekolah di SMP
Bontopale sedangkan Yuli, Tika dan Selvi akan bersekolah di SMPN 2 Sinjai
Utara.
Waktu pulang tiba kelimanya pulang
bareng. Di tengah jalan mereka berpisah karena lain jalur. Elisa dan Nita
tinggal di Marbo, sedangkan Tika, Yuli dan Selvi orang Pangasa.
Setelah berganti pakaian dan makan
siang, Elisa sholat duhur. Dalam doanya
agar dapat mengikuti ujian sekolah dengan lancar, selanantiasa diberi kesehatan.
Setelah beberapa Minggu, mulailah
diadakan les yang dilaksanakan sepekan.
Ketika elisa dan Nita pergi les, ia
melihat Anca sedang main bola. Elisa dan Nita memanggil Anca.
“Kenapa kamu tidak pergi les?” Tanya
Elisa.
“Apa masalahnya sama kalian?” Jawab
Anca sekenanya.
“les itu kan penting untuk pengayaan
agar dapat mengerjakan soal dengan baik dan benar” jawab Nita.
Anca tidak menghiraukan perkataan
Elisa dan Nita. Anca murid paling ribet di kelas jika tidak ada guru yang
mengajar.
Bu Harti, guru matematika datang.
Pelajaran pun dimulai. Seperti biasanya, Bu Harti mengecek kehadiran murid. Giliran nama Anca disebut,
“Ariansyah Kamar, mana dia?” Tanya
Bu Harti.
“Anca sedang main bola di lapangan,
Bu” jawab Elisa.
Bu Harti terdiam dan melanjutkan
materi pembelajaran.
Ujian nasional dilaksanakan serentak
di seluruh sekolah selama 3 hari. Dilanjutkan dengan acara perpisahan. Banyak
acara dalam acara perpisahan tersebut antara lain baca puisi, pidato dan
persembahan siswa untuk semua guru. Elisa pada acara perpisahan itu membaca
puisi, Yuli berpidato,, dan Nila, Tika, selvi, nyanyi bersama.
Ketika Elisa membacakan puisi, air
matanya tak henti-hetinya mengalir karena mengingat banyak hal terutama
kebersamaannya dengan Yuli, Nita, Tika dan selvi serta guru-guru di SD Pangasa
yang baik. Rasanya Elisa tak sanggup meninggalkan SD Pangasa yang penuh
kenangan.
Acara terkahir berupa nyanyi bersama
dengan lagu Himne guru. Semua siswa menangis termasuk siswa laki-laki, karena
mengingat jasa-jasa guru dan pengorbanan mereka mendidik. Semua siswa
mengherankan Anca. Ia juga menangis. Entah apa yang ia pikirkan saat itu. apakah
ia menyadari dan menyesali segala kelakukannya?.
Hari pengumuman pun tiba. Kelimanya
berpegangan tangan karena saking deg-degan. Setelah kepala sekolah mengumumkan
bahwa semua peserta ujian lulus seratus persen, disitulah semua siswa
bergembira namun ada menjanggal di hati Elisa. Ia akan berpisah dengan
teman-temannya yang disayangi kelimanya berpelukan sambil menangis.
“Jangan lupakan persahabatan kita”
kata Elisa.
Mulailah dibuka pendaftaran di SMP.
Elisa pergi mengambil formulir bersama teman-teman SDnya dulu. Elisa diterima
selanjutnya akan mengikuti MOS selama 3 hari.
Hari pertama MOS, Elisa berangkat
dengan naik motor. Diparkiran Elisa melihat serombongan siswa, ternyata siswa
itu dari SD Langguli. Pembagin guguspun dilaksanakan.. elisa berpisa kelas
dengan Nita. Di gugus tersebut, Elisa tak mengenal satupun dari mereka karena
di gugus itu hanya Elisa yang berasal dari SD Pangasa. Siswa masuk di kelas
gugus masing-masing. Elisa melihat siswa yang paling cantik di kelas itu. ia
mirip dengan Yuli. Elisa menghampirinya.
“Boleh berkenalan?” Tanya Elisa.
“Namaku Musyarrafah” jwabnya
malu-malu.
Disitu aku menemukan sosok sahabatku
yang baik yaitu Yuli. Elisa dan Musyarrafah selalu menghabiskan waktu bersama.
Setelah pelaksanaan MOS, resmilah
mereka sebagai warga SMP Bontopale.
Hari Senin, hari pertama sekolah,
diadakan upacara bendera. Tidak sengaja Elisa bertabrakan dua siswa. Elisa
tidak kenal mereka. Lalu ia meminta maaf kepada kedua siswa itu. Elisa pun
berkenalan dengan kedua siswa tersebut. Rahma dan Fatimah.
Hari-hari dilalui bersama, Elisa,
Syarrafah, Fatimah, dan Rahma. Merekapun menjadi sahabat. Bagi Elisa, Syarrafah
sebagai Yuli, Rahma sebagai Tika, dan Fatima sebagai Selvi. Mereka pun saling
membagi duka dan kebahagiaan. Mereka menjadi sahabat yang tak terpisahkan.
Sekarang Elisa sudah kelas IX namun
persahabatan mereka semakin erat. Walau kadang ada hal-hal yang membuat mereka
bertengkar, namun hal itu tidak mengganggu persahabatan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar