Sabtu, 10 Oktober 2015

CERPEN KARYA SISWA SMP NEGERI 4 SINJAI TIMUR


                                                                             
 
                                                                            ELISA
                                                                       Mutia Rahma 

Pukul 6, ia bangun, membuka jendela membiarkan udara segar dan sinar mentari masuk menghangatkan badannya. Ia bergegas mandi, sarapan dan berangkat sekolah. Ia bersekolah di Pangasa. Di sekolah seperti biasanya ketika ia masuk kelas sudah ada teman yang mejemputnya. Mereka adalah Yuli, Tika, Nita dan Selvi, teman yang dekat dengan Elisa. Mereka saling bercanda, bersuka ria dan berbincang-bincang tanpa arah. Saking asyiknya, bel tanda masuk berbunyi. Mereka berhamburan masuk kelas.

Hari itu di kelas VIb, pelajaran pertama adalah IPS. Pak Rasyid guru IPS tidak datang. Beliau digantikan wali kelas Pak Komar.

Seperti biasa jika guru memasuki ruangan ketua kelas menyiapkan murid dan memberi salam. Ketua kelas  VIb adalah Taufik Hidayat, orangnya ganteng, putih dan sabar. Banyak murid menyukainya. Tapi tak satupun cewek di kelas VIb yang ia sukai tak terkecuali Elisa..

Setelah disiapkan, pak guru memulai pelajaran dan menyampaikan bahwa ujian sekolah sudah dekat.  Pak Komar menyarankan agar  rajib belajar dan mengurangi waktu bermain.

Jam istirahat, kelima sahabat itu jajan. Mereka selaku jajan di kantin dekat ruang UKS. Mereka akrab dengan Mbak Ela, pemilik kantin. Jika mereka membeli pasti diberi bonus. Emba Ela orangnya baik, ramah dan menyenangkan.

Usai belanja mereka ngumpul-ngumpul di teras memperbincangkan ujian sekolah. Elisa dan Nika akan bersekolah di SMP Bontopale sedangkan Yuli, Tika dan Selvi akan bersekolah di SMPN 2 Sinjai Utara.

Waktu pulang tiba kelimanya pulang bareng. Di tengah jalan mereka berpisah karena lain jalur. Elisa dan Nita tinggal di Marbo, sedangkan Tika, Yuli dan Selvi orang Pangasa.

Setelah berganti pakaian dan makan siang, Elisa sholat duhur. Dalam doanya  agar dapat mengikuti ujian sekolah dengan lancar,  selanantiasa diberi kesehatan.

Setelah beberapa Minggu, mulailah diadakan les yang dilaksanakan  sepekan.

Ketika elisa dan Nita pergi les, ia melihat Anca sedang main bola. Elisa dan Nita memanggil Anca.
“Kenapa kamu tidak pergi les?” Tanya Elisa.

“Apa masalahnya sama kalian?” Jawab Anca sekenanya.

“les itu kan penting untuk pengayaan agar dapat mengerjakan soal dengan baik dan benar” jawab Nita.

Anca tidak menghiraukan perkataan Elisa dan Nita. Anca murid paling ribet di kelas jika tidak ada guru yang mengajar.

Bu Harti, guru matematika datang. Pelajaran pun dimulai. Seperti biasanya, Bu Harti mengecek  kehadiran murid. Giliran nama Anca disebut,

“Ariansyah Kamar, mana dia?” Tanya Bu Harti.

“Anca sedang main bola di lapangan, Bu” jawab Elisa.

Bu Harti terdiam dan melanjutkan materi pembelajaran.

Ujian nasional dilaksanakan serentak di seluruh sekolah selama 3 hari. Dilanjutkan dengan acara perpisahan. Banyak acara dalam acara perpisahan tersebut antara lain baca puisi, pidato dan persembahan siswa untuk semua guru. Elisa pada acara perpisahan itu membaca puisi, Yuli berpidato,, dan Nila, Tika, selvi, nyanyi bersama.

Ketika Elisa membacakan puisi, air matanya tak henti-hetinya mengalir karena mengingat banyak hal terutama kebersamaannya dengan Yuli, Nita, Tika dan selvi serta guru-guru di SD Pangasa yang baik. Rasanya Elisa tak sanggup meninggalkan SD Pangasa yang penuh kenangan.

Acara terkahir berupa nyanyi bersama dengan lagu Himne guru. Semua siswa menangis termasuk siswa laki-laki, karena mengingat jasa-jasa guru dan pengorbanan mereka mendidik. Semua siswa mengherankan Anca. Ia juga menangis. Entah apa yang ia pikirkan saat itu. apakah ia menyadari dan menyesali segala kelakukannya?.

Hari pengumuman pun tiba. Kelimanya berpegangan tangan karena saking deg-degan. Setelah kepala sekolah mengumumkan bahwa semua peserta ujian lulus seratus persen, disitulah semua siswa bergembira namun ada menjanggal di hati Elisa. Ia akan berpisah dengan teman-temannya yang disayangi kelimanya berpelukan sambil menangis.

“Jangan lupakan persahabatan kita” kata Elisa.

Mulailah dibuka pendaftaran di SMP. Elisa pergi mengambil formulir bersama teman-teman SDnya dulu. Elisa diterima selanjutnya akan mengikuti MOS selama 3 hari.

Hari pertama MOS, Elisa berangkat dengan naik motor. Diparkiran Elisa melihat serombongan siswa, ternyata siswa itu dari SD Langguli. Pembagin guguspun dilaksanakan.. elisa berpisa kelas dengan Nita. Di gugus tersebut, Elisa tak mengenal satupun dari mereka karena di gugus itu hanya Elisa yang berasal dari SD Pangasa. Siswa masuk di kelas gugus masing-masing. Elisa melihat siswa yang paling cantik di kelas itu. ia mirip dengan Yuli. Elisa menghampirinya.

“Boleh berkenalan?” Tanya Elisa.

“Namaku Musyarrafah” jwabnya malu-malu.

Disitu aku menemukan sosok sahabatku yang baik yaitu Yuli. Elisa dan Musyarrafah selalu menghabiskan waktu bersama.

Setelah pelaksanaan MOS, resmilah mereka sebagai warga SMP Bontopale.

Hari Senin, hari pertama sekolah, diadakan upacara bendera. Tidak sengaja Elisa bertabrakan dua siswa. Elisa tidak kenal mereka. Lalu ia meminta maaf kepada kedua siswa itu. Elisa pun berkenalan dengan kedua siswa tersebut. Rahma dan Fatimah.

Hari-hari dilalui bersama, Elisa, Syarrafah, Fatimah, dan Rahma. Merekapun menjadi sahabat. Bagi Elisa, Syarrafah sebagai Yuli, Rahma sebagai Tika, dan Fatima sebagai Selvi. Mereka pun saling membagi duka dan kebahagiaan. Mereka menjadi sahabat yang tak terpisahkan.

Sekarang Elisa sudah kelas IX namun persahabatan mereka semakin erat. Walau kadang ada hal-hal yang membuat mereka bertengkar, namun hal itu tidak mengganggu persahabatan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar