TETANGGA BANGKU
Riki Renaldi
Sebelum mengenal dia hidupku terasa
biasa-biasa saja. Tetapi setelah
berkenalan dengan tetangga bangkuku entah kenapa jika bermain bersama tenam di
sore dan malam hari terasa lebih indah, terasa lebih bersemangat, dan hatiku
terasa berbunga-bunga dibanding hari-hari sebelumnya.
Jika hendak ke sekolah saya merasa
wajib menyeterika bajuku agar terlihat licin, menyisir rambutku dengan
mengolesinya minyak rambut, menyemprotkan sedikit parfum, dan bercermin
meyakinkan penampilanku..
Itu bermula saat pertama masuk SMP
saya bertemu dengan teman-teman baru. Di hari pertama itu saya tidak tahu
dimana ruang kelas saya. Saya mencari kelasku dengan berpindah-pindah mencari namaku di pengumuman yang tertempel di
depan kelas. Ternyata kelas 7A.
Setelah saya masuk kelas ternyata
semua kursi sudah penuh dan tidak ada yang kosong. Aku terlambat. Saya merasa
ragu dan malu bertemu teman karena tidak kebagian kursi.
Di saat kebingungan ternyata ada yang
mengenali saya. Ia teman sekampung dan duduk di kelas 8. Ia membantu saya
mengambil kursi dan meja di kelasnya. Ternyata meja belajar di SD dan di SMP
beda. Meja dan kursinya perorangan. Ia mengangkat kursi dan saya mengangkat
mejanya.
Saya meletakkan kursi itu paling
belakang karena tak ada pilihan lain lalu saya menyibukkan diri mempersiapkan
buku sambil menunggu guru datang.
Terdengar suara lembut menyapaku
“Hai“ aku terkesiap menatap wajahnya. Ia mengajakku berkenalan. Saya tidak menolak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar