SEKOLAH BARU YANG INDAH
Aryadi Sanjaya
Waktu itu udara masih begitu dingin ketika aku memaksakan diri
menyingkap selimutku. Hari itu adalah hari dimana aku harus mulai lagi
rutinitas seperti biasa sebagai seorang pelajar.
Aku baru saja lulus dari sekolah dasar. Lulus dengan hasil memuaskan.
Aku menghabiskan masa liburan panjang yang bertepatan dengan libur hari raya.
Hari libur yang cukup panjang sehingga aku lupa berapa lamanya aku berlibur.
Liburan yang panjang membuatku bosan berada di rumah.
Lulus SD aku melanjutkan ke SMP paforitku.
Beruntung aku bisa lolos bersama beberapa teman kelasku di SD.
Hari pertama aku masuk sekolah, aku terkesiap berdiri di depan pintu
masuk. Beberapa pohon cemara pinsil menjulang tinggi serasa menjemPutku.
Beberapa Ibu dan bapak guru berdiri di pintu masuk dan menyalami kami. Aku
merasa tersanjung.
Lapangan sekolah luas berumput hijau yang bersih. Aku yakin ini adalah
tempat upacara sekaligus tempat
berolahraga karena tiang bendera berdiri tegak dan dari kejauhan tampak lapangan
polly, lapangan basket, dan lapangan sepak takrow.
Lapangan yang luas ini di kelilingi dengan ruang kelas. Dimana tiap-tiap
bagian depan kelas ditumbuhi bunga-bunga yang tumbuh subur menghijau dan
berbunga. Di sisi kanan ada Mushollah yang dicat berwarna hijau. ada kantin, dan petunjuk ke arah mana menuju toilet Suasananya
sangat menyenangkan.
Aku berkenalan dengan teman baruku. Satu persatu datang menyalamiku.
Ainun adalah salah satu teman sekelasku. Ia murah senyum dan cantik.
Kegiatan pertama adalah mengikuti Masa Orientasi Siswa atau biasa
disingkat MOS . berbagai materi yang kami ikuti antara lain pengenalan sekolah
dan kesepakatan kelas.
Hari Senin hari pertama mengikuti pelajaran. Aku masuk kelas dan mencari
tempat duduk. Aku duduk di belakang berdampingan dengan Riki teman dari lain
SD. Perawakannya kecil, kulit sawo matang
berambuk cepak. Di samping kiriku ada Ainun kenalan pertamaku.
Tiba-tiba seorang pria berperawakan besar, tinggi, berkulit coklat masuk ke kelas. Kami semua langung terdiam
dan memberi salam. Melihat perawakannya, aku merasa takut sampai aku gemetar.
“Aduh, bagaimana ini“ keluhku pada Ainun.
“Sudah, Diam. Jangan ribut dulu. Belum tentu bapak itu galak“ jawab
Ainun sambil melototiku.
Bapak itu memperkenalkan diri lalu melanjutkan materi pelajaran.
Suaranya lembut dan berkesan sangat sabar. Beliau memberi materi dengan
sederhana sehingga mudah dipahami. Pelan-pelan rasa takutku berganti dengan
rasa simpatik. Aku menarik napas lega.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar