Rabu, 15 Desember 2021

 


SEKOLAH BARU YANG INDAH

Aryadi Sanjaya

Waktu itu udara masih begitu dingin ketika aku memaksakan diri menyingkap selimutku. Hari itu adalah hari dimana aku harus mulai lagi rutinitas seperti biasa sebagai seorang pelajar.

Aku baru saja lulus dari sekolah dasar. Lulus dengan hasil memuaskan. Aku menghabiskan masa liburan panjang yang bertepatan dengan libur hari raya. Hari libur yang cukup panjang sehingga aku lupa berapa lamanya aku berlibur. Liburan yang panjang membuatku bosan berada di rumah.

 Lulus SD aku melanjutkan ke SMP paforitku. Beruntung aku bisa lolos bersama beberapa teman kelasku di SD.

Hari pertama aku masuk sekolah, aku terkesiap berdiri di depan pintu masuk. Beberapa pohon cemara pinsil menjulang tinggi serasa menjemPutku. Beberapa Ibu dan bapak guru berdiri di pintu masuk dan menyalami kami. Aku merasa tersanjung.

Lapangan sekolah luas berumput hijau yang bersih. Aku yakin ini adalah tempat upacara sekaligus  tempat berolahraga karena tiang bendera berdiri tegak dan dari kejauhan tampak lapangan polly, lapangan basket, dan lapangan sepak takrow.

Lapangan yang luas ini di kelilingi dengan ruang kelas. Dimana tiap-tiap bagian depan kelas ditumbuhi bunga-bunga yang tumbuh subur menghijau dan berbunga. Di sisi kanan ada Mushollah yang dicat berwarna hijau.  ada kantin, dan petunjuk ke arah mana menuju toilet Suasananya sangat menyenangkan.

Aku berkenalan dengan teman baruku. Satu persatu datang menyalamiku. Ainun adalah salah satu teman sekelasku. Ia murah senyum dan cantik.

Kegiatan pertama adalah mengikuti Masa Orientasi Siswa atau biasa disingkat MOS . berbagai materi yang kami ikuti antara lain pengenalan sekolah dan kesepakatan kelas.

Hari Senin hari pertama mengikuti pelajaran. Aku masuk kelas dan mencari tempat duduk. Aku duduk di belakang berdampingan dengan Riki teman dari lain SD. Perawakannya kecil, kulit sawo matang  berambuk cepak. Di samping kiriku ada Ainun kenalan pertamaku.

Tiba-tiba seorang pria berperawakan besar, tinggi, berkulit coklat  masuk ke kelas. Kami semua langung terdiam dan memberi salam. Melihat perawakannya, aku merasa takut  sampai aku gemetar.

“Aduh, bagaimana ini“ keluhku pada Ainun.

“Sudah, Diam. Jangan ribut dulu. Belum tentu bapak itu galak“ jawab Ainun sambil melototiku.

Bapak itu memperkenalkan diri lalu melanjutkan materi pelajaran. Suaranya lembut dan berkesan sangat sabar. Beliau memberi materi dengan sederhana sehingga mudah dipahami. Pelan-pelan rasa takutku berganti dengan rasa simpatik. Aku menarik napas lega.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar