SAHABAT
SEJATI
Andi
Wahdaniar Ramadani
Setelah lulus SD aku harus berpisah
dengan teman karibku Arsyi. Pasalnya teman sebangkuku tidak direstui oleh orang
tuanya untuk ikut bersamaku ke Pesantren.
Arsyi sangat pintar, cantik, rajin
dan sopan. Ia hobbi menggambar. Ia mengajariku bagaimana menggabar hingga pada
suatu hari aku ikut lomba menggambar. Arsyi juara pertama dan aku juara tiga.
Berangkatlah aku ke sekolah tujuan. Pesantren.
Aku berpisah dengan orang tua dan sahabat saya. Cita-citaku ingin menjadi
hafizah dan pasih berbahasa Arab.
Mondok di pesantren bukanlah perkara
gampang. Aku selalu rindu orang tuaku, rindu rumah dan lingkunganku karena aku
pertama kali berpisah dengan orang tua.
Tiga hari dalam pondok, aku ditemani
ibuku untuk penyesuaian dengan lingkungan baru. Setelh tiga hari ibuku pulang
ke rumah dan peraturan pondok sudah mulai berlaku. Waktu makan sangat sedikit
sampai aku dihukum makan karena melewati waktu yang ditentukan dan terlambat ke
masjid. dari situ aku berusaha mengubah kebiasaanku yang tidak disiplin.
Jika malam datang rasa rindu kepada
orang tuaku kembali datang dan aku menangis. Saat yang bersamaan aku harus
menyetor hafalan ke Ustazaf memacu jumlah hafalanku agar tidak sia-sia orang
tuaku membiayaiku mondok di pesantren.
Mungkin kebiasaan tidur larut malam
membuat aku sakit. Tiga hari aku demam membuat orang tuaku datang menemaniku di pondok. Aku sangat senang aku bisa tidur
bersama orang tuaku kembali. Keadaanku juga membaik dan aku kembali mengikuti
kegiatan pondok sampai larut malam.
Esok hari ketika ayah datang
menjemput ibuku, aku kembali menangis. Aku menangis minta pulang Orang tuaku tentu
saja tidak setuju. Aku tetap merengek hingga orang tuaku terdiam tidak tahu mau
berbuat bagaimana. Ustazah datang membujukku dan membiarkan aku melihat orang
tuaku pergi meninggalkan pondok. Air mataku berderai melihat mobilnya semakin
menjauh.
Satu jam kemudian aku kabur dari
pondok.
Tiga bulan berlalu aku kembali
bertemu Arsyi. Aku keluar dari pondok dengan alasan tidak bisa berpisah dengan
orang tua. Walau aku tidak satu sekolah dengan Arsyi aku bersyukur bisa bertemu
setiap hari di luar sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar