MENANAM BAKAU
Almujiadi
Pagi itu hari Sabtu, sekolah saya diundang untuk ikut serta menanam
bakau dalam rangka pelestarian hutang pesisir di hutang mangrove Tongke-tongke.
Ikut serta dalam acara itu adalah siswa kelas tujuh dan kelas delapan. Dengan
pakaian olahraga, saya sangat senang bisa mewakili sekolah. Terlihat
wajah-wajah gembira pada teman-temanku yang ikut dalam rombongan ini.
Disekolah sebelum berangkat, cukup lama menunggu kendaraan yang akan
saya tumpangi. Mobil pun datang. Ternyata mobilnya kecil. Kami duduk
berdesak-desakan satu sama lain.
Setelah sampai di tempat tujuan, acara sudah dimulai. Bupati sementara
memberi sambutan. Aku melihat banyak sekali orang yang hadir bukan hanya siswa
dari sekolahku tapi juga siswa dari sekolah lain. Ada tentara, polisi dan remaja-remaja
berpakaian organisasi masing-masing
Sambil menunggu pak Bupati menyelesaikan
berpidatonya, saya pergi membeli siomai dan minuman. Saya tidak sempat sarapan
karena ketiduran nonton sepabola
semalam.
Setelah Pak Bupati selesai
berpidato kami diarahkan pergi mengambil bibit bakau. Antrian cukup lama karena
ramainya. Saya mengambil semampuku saya bawa.
Saya berjalan cukup jauh
melintasi jembatan kayu yang sangat panjang lebar dan kokoh. Di bawah jembatan
air tenang di ketinggian sekitar semester. Di sekeliling jembatan ditumbuhi
pohon bakau yang sudah besar yang jumlahnya banyak sehingga kelihatan unik. Inilah
yang menjadi daya tarik sehingga banyak pengunjung yang suka datang ke tempat
ini. Di ujung jembatan ada tangga turun ke lokasi penanaman. Saya turun mengikuti antrian dengan hati-hati.
Di belakangku ada rombongan tentara membawa berkarung-karung bibit bakau untuk ditanam
bersama.sama. saya turut menancapkan bibit bakau yang saya bawa dengan rasa
suka ria. Hiruk pikuk sahut-sahutan dan sorak gembira para peserta. Terlihat
hamparan manusia memenuhi pinggir laut yang hadir dengan satu tujuan,
melestarikan daerah pesisir.
Setelah semua bibit bakau yang saya bawa sudah saya tanam, saya naik ke jembatan untuk
mengeringkan celana saya yang sedikit basah. Sebelum pulang ke sekolah, kami
dan teman-teman berkeliling sebentar menelusuri jembatan hutang mangrove
Tongke-tongke yang merupakan tempat rekreasi di daerah ini.
Saya pun pergi menuju arah pulang saya lihat ada yang membagikan
makanan, saya ikut antrian dan mengambil satu nasi dos. Pulang ke sekolah saya menumpang di mobil kepala sekolah. Hari
sudah siang ketika saya sampai ke sekolah. Aku memakan nasi dos yang kudapat
lalu pulang ke rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar