Sabtu, 18 Februari 2017

BENTENG BALANGNIPA SEBAGAI BUKTI SEJARAH PERJUANGAN BANGSA

Oleh Kelompok III
·         FAUZIA
·         NURUL ALAMIA
·         ZAKIA RAHAYU
·         RAFIDA TUL RIFDA






BAB I
PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang
Benteng Balangnipa yang terletak dikelurahan balangnipa, Kecamatan Sinjai Utara, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, didirikan pada tahun 1557 oleh kerajaan Tellu Limpoe yakni kerajaan Bulo-bulo, Lamatti, dan Tondong.
Di awal pembangunannya benteng ini terbuat dari bahan batu gunung yang ditempel dengan lumpur dari sungai sebagai alat perekat dan memiliki arsitektur bugis. Sisi utara dengan luas 49,45 M, sisi selatan 30,47 M, sisi timur 49,27 M, ketebalan diding 0,50 M, pintu belakang yakni, pintu utama selebar 4 M dengan 2 daun pintu.
Benteng ini pun turut merasakan dentungan meriam penjajah Belanda hingga akhirnya takluk pada tahun 1859-1961
Benteng Balangnipa ini bangunan ala eropa. Jika berda di dalam benteng maka pengunjung akan merasakan kesejukan diantara pepohonan rindang serta bangunan kokoh peninggalan  masa lalu. Benteng in memiliki misteri dengan kerapnya dengan rintihan tangisan serta tabuhan gendang perang serta suara ringkikan kuda. Konon suara tersebut terdengar pada malam tertentu.
Setelah kolonial belanda memasuki daerah Sinjai, benteng ini kemudian direbut. Benteng ini pernah menjadi saksi akan pertempuran heroik Rumpa’na Mangarabombang yakni pertempuran antara pejuang Sinjai dengan penjajah Belanda, dan akhirnya benteng ini kemudian berhasil direbut oleh Belanda.
  
2.    RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Peranan Benteng Balangnipa  pada masa penjajahan?
3.    TUJUAN
Untuk mengetahui bagaimana sejarah  keberadaan Benteng Balangnipa.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah Benteng Balangnipa.
Pada awalnya, bangunan Benteng yang berdiri kokoh seperti sekarang, tidak sedemikian  bentuknya melainkan berkarakteristik kerajaan bugis. Hanya saja, saat Belanda menguasainya pada 1864 kemudian dirombak bangunannya dengan arsitektur Eropa.
Selain dijadikan sebagai benteng pertahanan, dahulu kala benteng ini juga dijadikan sebagai pusat adiminstrasi tiga kerajaan  (Vulo-bulo, Lamatti, Tondong) lantaran letaknya yang berada persis di depan pelabuhan kuno Sungai Tangka.  Jadi selain pusat administrasi dan perdagangan benteng ini juga menjadi pusat persinggahan bagi pembesar Kerajaan Gowa dan terakhir menjadi benteng pertahanan dari kepungan penjajah.
Setelah terjadi perang maha dahsyat antara Kerajaan Gowa yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin dan kolonial Belanda bersama sejumlah kerajaan kecil yang berada di bawah naungan Kerajaan Gowa. Benteng ini pun turut merasakan dentuman meriam penjajah Belanda hingga akhirnya takluk pada tahun 1859-1961. Benteng ini pun kembali dibangun oleh Belanda dengan arsitektur khas Eropa yang hingga kini bangunannya  masih tetap bertahan.
Benteng yang berdiri kokoh dengan sejumlah bangunan ala Eropa ini memiliki sejumlah gedung yang dahulunya menjadi pusat administrasi bagi pemerintahan kolonial Belanda.

     2.   Benteng Balangnipa sekarang
Memasuki gedung yang dibangun antara 1864-1868 ini seperti membawa alam pikiran ke masa lalu. Merasakan bagaimana suasana yang dirasakan pendahulu bangsa ini dibandingkan saat ini. Terdapat setidaknya ada lima ruas bangunan dengan arsitektur belanda dalam kawasan ini. Masing-masing satu bangunan yang dulu menjadi tempat peristrahatan prajurit Belanda, satu bangunan untuk tingkat perwira, dua bangunan untuk dapur sekaligus sekat-sekat kamar untuk koki kompeni, dan satu gedung khusus untuk kantor petinggi Belanda. Juga ada bangunan yang diperkirakan menjadi gudang penyimpanan amunisi.

Pada empat sisi di setiap sudutnya dibangun bastion atau tempat pengintaian untuk melihat kondisi di luar benteng. Masing-masing pada sisi bastion dibawahnya dibangun penjara khusus untuk para tawanan Belanda. Penjara ini diperkirakan menjadi tempat penyiksaan orang-orang pribumi yang melakukan perlawanan terhadap Pemerintah Kolonial Belanda. Ruangannya agak sempit hanya berukuran sekira 6 x 3 meter. Itu pun dibangun dalam bentuk kerucut. Model dan material dalam bangunan tersebut masih asli sehingga pengunjung bisa benar-benar merasakan aroma penjara zaman Belanda.

sisi lain dapat dilihat sisa salah satu bangunan yang hancur berkeping-keping akibat di bom tentara Jepang peran dunia ke dua bergejolak. Pondasi bangunan tersebut masih terlihat memanjang dan mirip dengan bangunan lain yang digunakan para prajurit kompeni. Hal ini menjadi wisata sejarah yang sangat mengagumkan jika ingin melakukan nafak tilas tentang keberadaan Belanda yang menjajah nusantara selama tiga setengah abad tersebut. Benteng Balangnipa menjadi saksi sejarah penguasaan Belanda di masa lampau.
Pada ruang  para Prajurit  terdapat tiang yang kemudian pada lingkarannya dibuat ruang khusus untuk menegakkan senjata. ada sekat-sekat tempat gantungan baju para prajurit atau ruang yang diperkirakan menjadi tempat untuk menyimpan peralatan perang.
Ruangan para perwira Belanda dapat dilihat benda-benda yang dipergunakan sehari-hari seperti botol minuman, cangkir, piring dan sebagainya. Termasuk pecahan uang dipakai saat itu.

3. Kharisma Benteng Balangnipa
Memasuki Benteng Balangnipa  yang bagian dalam sudah dibangun taman asri berbentuk melingkat. Disana sini diberi tempat duduk bagi pengunjung. sambil memperhatikan setiap sudut ruangan, memberikan kesan tersendiri. Hembusan angin yang menerpa wajah saat berdiri pada sudut bastion dan memandang jauh memberikan pengalaman batin tersendiri.
 Di depan benteng ini dulunya adalah sebuah belabuhan. memang pada saat penguasaan Belanda di depan benteng ini adalah laut. Dengan begitu jika menaiki  salah satu sisi bastion akan bisa mendeteksi apakah ada musuh atau tidak. Namun kini, bukan lagi musuh yang akan dilihat dengan berada di tempat tersebut melainkan perasaan lepas dan perjalanan kilas balik tempo doeloe.
Sayangnya  bukti sejarah tentang model bangunan  yang bertekstur bugis sudah tidak ditemukan karena dirombak Belanda. Dengan demikian, tidak bisa lagi dibedakan mana bangunan yang hanya dilanjutkan dan mana yang memang menjadi karya tiga kerajaan tersebut.
 Walau demikian benteng balangnipa yang sebagaimana adanya sekarang, bangunan ini memang menjadi salah satu tempat yang paling tepat untuk mengetahui sejarah tentang kedatangan Belanda di Sinjai. Apalagi bentuk bangunan belum diubah sama sekali. Meskipun ada pemugaran pada 1992 yang kemudian diresmikan pada 1997 tetapi bentuk asli sesuai dengan arsitektur Belanda tetap dijaga dengan baik, termasuk batu bata dan besi yang kelihatan masih merupakan asli bagian dari material bangunan ini.

BAB III
PENUTUP

1.        Simpulan
Benteng Balangnipa sekarang telah menjadi situs bersejarah dan museum yang menampilkan peninggalan bersejarah dan juga memberikan pembinaan budaya serta menjadi arena atraksi budaya tradisional.

2.        Saran
Benteng balangnipa harus senantiasa dijaga kelestariaannya agar sejarah perjuangan rakyat Kabupaten Sinjai melawan penjajah tidak hilang ditelan masa.
Agar senantiasa menampilkan tentang informasi Benteng Balangnipa dalam setiap acara-acara yang banyak dikunjungi orang. Termasuk dalam pameran tingkat nasional atau sarana lain yang dinilai mampu memperlebar informasi keberadaannya. Promosi ini pun dinilai bukan dalam kaitannya untuk membuat benda bersejarah ini sekadar dikenal tetapi sekaligus untuk membuat pihak lain tahu atau paham dengan sejarah keberadaannya. Tujuannya, untuk memperkokoh nilai nasionalisme dan juga memberikan wawasan kebangsaan kepada masyatakat baik yang ada di Sinjai maupun dari daerah lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
chalimustang.blogspot.com/2012/04/benteng-balangnipa-rekam-jejak...











Tidak ada komentar:

Posting Komentar