PILIHANKU SMP 4 SINJAI TIMUR
Andi Milyar Wahyu
Ketika tamat di
SD Mi. Darul Istiqamah Bongki, saya sempat bingung saat harus sekolah di SMP mana.
Di depan Masjid Al-Amin
kutemui Amar yang sedang makan Siomay “Kalau tamat SD kamu lanjut dimana?
“Insya Allah
saya akan masuk Pesantren Tujuh-tujuh. Kalau kamu?” Amar balik bertanya
“Saya belum tahu
mau lanjut dimana” Jawabku
“Bagaimana kalau
kita sama-sama lanjut di Pesantren Tujuh-tujuh”?
Aku tak bisa
jawab. aku tersenyum saja lalu berpamitan pulang karena telah petang dan ayam
telah pulang kekandangnya.
Di tengah jalan
seorang ibu yang memegang cangkul
memanggilku. Aku mendekatinya.
“Tolong yah,
menggalikan lubang
“Buat apa?”
tanyaku
“Untuk mengubur
kucing ini” katanya sambil menunjuk kucing yang tergeletak di sampingnya.
“Kucing ini tertabrak mobil. Lanjutnya.
Aku pun
mengambil cangkul dan mulai menggali.
“Jika kamu
melihat kucing mati di jalan, ambillah dan kuburkan. Biar tidak busuk” katanya
ketika aku memasukkan kucing itu ke dalam lobang.
Ketika aku pamit
hendak pulang Ibu itu memberiku uang Rp.5.000,-. Aku menolak.
“Saya ikhlas koq,Bu” kataku
sambil menolak uangnya.
“Saya juga ikhlas. Anggap saja
sebagai tanda terima kasih saya atas bantuanmu, Nak”
Saya mengambil uang itu dengan
terpaksa walau aku juga sebenarnya membutuhakn uang.
Hari semakin
malam ketika aku sampai di rumah
“Dari mana saja kamu? Kenapa baru
pulang dari siang kamu pergi. Kenapa terlambat pulang?” Bertubi-tubi pertanyaan
kakakku.
“Aku pulang sore. Tapi di jalan
seorang ibu menyuruhku mengubur kucing lalu diberi upah Rp.5.000,-.”
“jangan terlambat lagi. Sekarang
mandi dan tabung uangmu itu” perintah kakakku sambil melipat baju.
Di rumah ini saya Cuma berdua
dengan Kakakku, Mirna. Ia tidak tamat Sekolah dasar tapi pandai menjadit.
Itulah mata pencaharianya. Ayah, ibu dan dua kakakku menetap di Lampung. Saya juga Lahir di Lampung kemudian pindah ke
Sinjai.
Usai mandi dan ganti baju, aku
menghampiri kakakku mengajukan pendapat. “saya mau lanjut ke Pesantren
Tujuh-tujuh bersama temanku”
“Boleh saja tapi tanya dulu Kak
Daya Siapa tahu ia tidak setuju” jawab Mirna
Daya adalah kakakku yang sudah
menikah dan ikut suaminya menetap di Mangarabombang Sinjai Timur. Daya mengajar
di sekolah Dasar.
Aku surut beberapa tindak dan tidak
melanjutkan usulanku.
Minggu pagi Kak Daya dan suaminya datang ke rumah. Ia
membelikan kami mie pangsit di warung
depan rumah.
Aku pun mengusulkan untuk
bersekolah di Pesantren Tujuh-tujuh.
“Kenapa jauh sekali. Yang dekat-dekat
saja. Di SMP4 Sinjai Timur saja. Sekalian
kau tinggal di rumah.”
Aku tertegun sebentak mendengar
jawaban Kakakku lalu ku jawab “kabarnya SMP 4 iru sekolah pembuangan”
“Kakakku menahan suapannya “Siapa bilang, SMP 4 adalah sekolah
berprestasi. Selalu menjuarai semua jenis pertandingan baik tingkat kecamatan
maupun tingkat kabupaten.” Jawab kakakku bersemangat.
“Lomba apa saja” aku menyela
“Apa saja seperti olah raga dan
olimpiade sains.” Jawab kakakku.
Aku mengangguk.
Hari Senin aku dipanggil kakak Daya ke Sinjai Timur. Hari itu pendaftaran di SMPN
4 Sinjai Timur dibuka sekaligus pindah rumah dari rumah kakakku yang satu ke
yang lainnya
Aku diantar
kakak iparku ke SMPn 4 untuk mendaftar. Untuk pertama kali saya ke sana. Terasa asing rasanya. Sekolahnya di
atas bukit, pekaranganany luas ditumbuhi
banyak pohon. Terasa sejuk apalagi siang hari karena angin laut yang bertiup
sepanjang hari. Saya menyukai sekolah
ini.
Karena
malu-malu, kakak iparku yang mengambilan saya formulir, mengisinya dan menyetorkannya
kembali bersama kelengkapan yang diminta. Aku dinyatakan diterima. Lega hatiku.
Hari itu saya
tidak tahu kalau ada perngenalan siswa baru. Pagi-pagi aku memperbaiku pintu
kamar tidur ketika kakak iparku mengingatkan. Aku bergegas mandi dan berangkat
sekolah dengan naik motor sambil memegang sapu lidi. Di persipangan Jalan Andi
Akbar aku bertemu Anca yang saya belum kenal betul. Saya memboncengnya ke sekolah.
Karena tidak
tahu harus bagaimana, aku duduk saja di atas motor diparkiran sekolah sambil
melihat-lihat pohon jati yang sedang berbunga. Saya belum punya teman. Dua guru
memasuki pekarang yang belakangan kuketahui berama Pak Suardi dan Pak Abd.
Karim. Beliau menyuruh kami memungut sampah.
Aku bersama teman-teman yang
hadir melaksanakan perintah itu dengan sigap. Dauh pohon jati berserakan.
Itulah yang dipungut satu persatu.
Karena sudah
kuanggap selesai, Kembali saya duduk di atas motor sambil menggigit kuku.
Datanglah lima orang siswa yang saya tidak kenal. Ia memperkenalkan diri, Aldi,
Risal, Arham, Fajar, dan Nawir. Aldi menyodorkan padaku sebiji permen sambil
bertanya “ Anak mana?
“Anak Cokro”
jawabku. Ia pun memberiku lagi permen lalu pergi.
Ternyata saat pembagian gugus, saya berada di gugus VIIC.
Saya bertemu Aldi yang telah meberiku gula-gula. Ternyata saya satu kelas
dengannya.
Kami disuruh membersihkan kelas
sebelum berlomba memilih tempat duduk masing-masing. Aku sebangku dengan Aldi,
teman terbaikku hingga kini.
Jumat pertama di sekolah itu kami
disuruh berkumpul dilapangan untuk senam kesegaran jasmani dilanjutkan dengan
memilih pengembangan diri apa yang akan kita ikuti. Aku bingun mau pilih yang mana. Terlalu
banyak pilihan. Matematika, fisika, bahasa Inggeris, menjahit, computer, olah
raga dan banyak lagi.
Arham, siswa kelas VIIb mengajakku ke pengembangan diri atletik yang
dibina langsung oleh guru olah raga Pak Ompo. Kesan pertamaku guru olah raga
ini galak tapi ternyata ketika kami diajak berkumpul di samping
laboratorium dan menentukan bidang
atletik apa yang akan kumasuki, penilaianku pada guru olah ragaku berubah
total. Ia baik, layaknya seorang ayah.
Aku memilih lompat tinggi sebagai
pilihanku. Aku mencoba berkali-kali tapi selalu gagal melompat sesuai teori
gaya gunting. Pak Ompo selalu menyemangatiku sehingga aku semakin bersemangat
melompat hingga akhirnya capek sendiri. Aku duduk mengasoh di bawah pohon dan
guru berkulit coklat itu menghampiriku.
“Jika kamu ingin berhasil, kamu
harus berlatih terus dan sering-seringlah menggantungkan kakimu” kata pria paru
baya itu.
Aku mengangguk.
Setelah capek berolah raga aku
masuk kelas dan bergabung dengan teman-teman yang lagi nyanyi bersama guna kenal lebih akrab lagi. Aku puas telah
dapat berbaur dengan-teman-teman baruku.
Tak terasa semester I tiba. Saat
ujian semua siswa siswa sibuk membuat catatan. Ada yang menulis di meja, di
kursi, di kertas dan di paha. Tetapi ada juga yang mengandalkan temannya. Aku
juga panic. Maklum saja ini adalah semester pertama di sekolah ini. Seperti apa
dan bagaimana belum tahu.
Setelah pelaksanaan ujian
semester, tibalah aku pada kesempatan menguji nyaliku dalam Porseni antar
kelas. Walaupun ragu dan tidak percaya diri, aku tetapi milih lompat tinggi
sesuai pengembangan diri yang kuikuti dan memberanikan diri mendaftar pada
ketua OSIS.
Pada lompatan I, II,dan III, aku
berhasil, aku masuk tiga besar. Mistar lompatan pun dinaikkan. Aku melihat
mistar lompatan semakin tinggi.
Saat lompatan pertama, kaki
tersangkut di mistar lompatan. Masih ada kesempatan kedua. Aku mencoba
menenangkan diri agar tidak terlalu termotivasi untuk juara karena bisa
mempengaruhi staminaku..
Kesempatan kedua juga gagal. Pak
Ompo mendekatiku dan berkata “Perkuat
hentakan dan angkat kaki setinggi-tingginya”
Aku mencoba teori itu dan aku
lolos. Mistar lompatan dinaikkan lain.
Nyaliku mengecil. Terlalu tinggi di perasaanku. Aku gagal dan gagal.
Saat pengumuman pemenang lompat
tinggi diumumkan pemenangnya masing-masing , Agus kelas IXC, Irvan kelas IXA
dan aku kelas VIIC. Aku melompat
kegirangan. Walaupun aku Cuma juara III,inilah pretasi pertama seumur hidupku.
Kutekan dadaku dan bertekad dalam hati untuk menjadi njuara I pada Porseni
tahun depan.
Aku terus berlatih dan berlatih
pada setiap Jumat saat pengembangan diri dilaksanakan hingga sampai pada
Porseni 2013.
Aku kembali mendaftar sebagai
peserta lompat tinggi pada ketua OSIS. Walau sainganku semakin banyak, aku
berhasil menyisihkan semuanya dan aku jadi pemenanganya. Aku diberi uang dari wali kelasku Rp.10.000,- dan sebuah
piagam.
Rasa senang luar Biasa. Berita
ini kusampaikan pada kakakku dan orang tuaku di Lampung. Piagamku kupasang di
dinding kamarku. Liburan semesterku
terasa berbunga-bunga. Terima kasih Tuhan
Sinjai, 20 Oktober 2014..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar