Bangun pagi dengan rasa kecewa. Aku tak jadi pindah
sekolah ke kota dimana orang tuaku berada. Penyebabnya karena sekolah yang
ingin aku tuju sudah penuh kuota siswanya dan tak bisa menerima siswa baru
lagi. yang parah lagi aku jatuh tertimpa tangga. Selain tak bisa bersekolah di
tempat tinggal orang tuaku, aku juga harus pindah dari sekolahku dahulu,
sekolah dimana teman-teman dan aku berkumpul, sekolah dimana aku mendapat
banyak pengalaman dan sekarang aku harus pindah karena sudah resmi keluar. Aku
yang dulunya sekolah di SMP Negeri 2 Sinjai, kini harus bersekolah di SMP
Negeri 4 Sinjai Timur.
“Bangun nak, ini hari pertamamu di sekolah narumu. Kamu harus cepat” kata
tante dengan lembut. Dengan sigap aku bangkit berdiri
merapikan tempat tidur lalu ke kamar mandi.
Aku diantar tanteku menemui kepala sekolah. Aku
resmi diterima dan diantar ke kelas yang kebetulan saat itu pelajaran bahasa
indonesia, salah satu pelajaran yang aku sukai.
Guru bahasa Indonesia mengatakan “Yah anak-anak kita
kedatangan teman baru, silahkan memperkenalkan diri nak”
“Assalamu alaikum, nama saya Muhammad Farhan, saya pindahan
dari SMP Negeri 2 Sinjai Utara. Saya tinggal di rumah tante di jalan Andi
Akbar. Sekian, Assalamu alaikum Wr.Wb”
“Silahkan duduk nak” kata guru yang mengajar saat itu.
Aku duduk sebangku dengan murid dengan tingginya sama denganku dan sedikit
berkulit hitam.
“Hay!, aku menyapanya dengan ramah.
“Hay juga” jawabnya enteng.
“Nama kamu, siapa?” tanyaku lagi.
“Perkenalkan nama saya Farid” katanya lagi.
Belum sempat aku bertanya lagi, guru berkata “Karena kamu
murid baru di sini, mungkin kamu belum tahu nama saya, nama saya bu Basma. Saya
guru bahasa Indonesia di sini. Tanpa memberitahu pun kamu pasti sudah tahu dari
materi yang saya tulis di atas”
“Iya bu.“ jawabku menunduk.
Aku pun mulai belajar dengan teman-teman baruku. Aku cepat akrab dengan teman sebangkuku Farid.
lonceng tanda
istirahat. Siswa
menyambutnya dengan senang. Semua teman kelasku
berhamburan ke luar kecuali aku dan
Farid. Farid mengajakku mengobrol. Aku menurut saja karena tidak lapar. Aku
sudah sarapan pagi.
“Kenapa kamu pindah?” kata Farid memandangku serius.
“Sebenarnya aku ingin pindah ke rumah
orang tuaku yang ada di Pangajene. Terus aku urus surat pindah sekolah. Dan kebetulan di
Pangkajene ada sekolah yang mau menerimaku, tapi setelah surat pindahku resmi ke
luar. Sekolah yang ada di Pangkajene itu sudah penuh kuota siswanya dan tak bisa menerimaku lagi”
“Terus?” tanya Farid lagi
“Yah, aku pindah ke sini” kataku dengan spontan.
Belum sempat bertanya lagi, dari luar banyak siswa yang
masuk. Aku dapat mengenal mereka. Itu teman-teman kelasku. Mereka mengajakku
berkenalan satu persatu. Lonceng tanda masuk membubarkan teman-temanku yang
mengelilingku. Mereka satu persatu duduk dengan tenang menunggu pelajaran
berikutnya.
Di perjalanan pulang aku beriringan dengan Farid. Kebetulan
arah pulang kami sama. kami banyak bertukar cerita di jalanan mulai dari
keseharian kami sampai dengan hobi masing-masing. Dipersimpangan aku berpisah
karena aku harus naik angkutan umum dan Farid berjalan ke arah berlawanan.
“Sampai jumpa besok” Kataku sembil naik angkutan umum.
Farid hanya membalas dengan lambaian tangan.
Perasaan senang dan
puas di hati karena tadi di sekolah aku banyak mendapat teman baru dan dan
guru-guru perempuan yang ramah padaku.
Demikianlah keseharianku, tambah hari tambah banyak teman
baru, baik itu kakak kelasku maupun sederajat. Demikian pula pengalaman
berharga yang aku dapat mulai dari bertambahnya ilmuku dari guru-guru yang aku
suka dari cara mengajarnya.
Suatu hari aku terlambat bangun dan saat menunggu angkutan umum pun lama.
Akibatnya aku terlambat ke sekolah. Belum sempat aku masuk di gerbang sekolah,
ada suara yang memanggilku. Aku menoleh dan melihat Idris, salah satu siswa
yang terkenal nakal. Karena kulihat di lapangan telah dimulai upacara, aku memilih
ikut Idris ke sawah yang ada disekitar sekolah. Di situ aku bersembunyi. Idris
mengeluarkan rokok dan mengisapnya.
“Kalau aku terlambat, selalu bersembunyi di sini. Setiap
upacara ataupun SKJ (Senam Kesegaran Jasmani) aku selalu sembunyi” katanya sambil menghembuskan asap
rokoknya.
Aku cuma diam karena aku takut ketahuan
Tak berselang lama terdengar suara derak kaki. Idris dengan
cepatnya membuang rokok yang ia isap lalu kami menunduk. Kami dapat melihat
orang yang berjalan. Pak Samad, guru olah raga. Jantungku berdebar dengan
cepat, walau idrus tenang-tenang saja aku yakin kalau ia pasti sama apa yang
kurasakan. Perasaan takut. Kulihat Pak Samad berjalan ke arah kami, makin lama
makin dekat.
Bagai kijang, Idris berlari menuju ke hutan-hutan belakang
sekolah. Karena Pak Samad sangat dekat dengan kami, maka ia melihat idris
berlari. Dengan sigap pak Samad mengejarnya. Untung aku tak terlihat. Hampir
saja . Kataku dalam hati.
“Entah apa yang terjadi dengan idris, apakah ia ditangkap
oleh Pak Samad ataukah idris lepas dari kejarannya. Tapi apabila tertangkap
lalu Idris menyebut namaku. Waduh!
Bagaimana ini?” kataku dengan gelisah.
Pelaksanaan upacara telah usai, dengan berhati-hati aku masuk kelas. aku lega
karena tidak ketahuan. Aku bersikap biasa seperti tak terjadi apa-apa sambil
menunggu guru selesai rapat.
“Farhan, kamu dipanggil dikantor” kata Syahrul yang juga
teman kelasku.
“Ada apa aku dipanggil?” tanyaku
“Aku tak tahu” jawabnya dengan singkat
Aku ke kantor dengan
perasaan tak enak.Rasa lega kini
berbalik seratus delapan puluh derajat menjadi perasaan takut.
Di kantor aku melihat idris duduk tertunduk lesu. Aku
tambah takut. Jangan-jangan.. belum sampai aku melanjutkan aku langsung
dipanggil masuk Pak Samad dan langsung bertanya dengan suara keras. “Apa kau
tadi bersembunyi bersama Idris waktu upacara?” benar dugaanku namaku pasti
disebut Idris.
“Apa benar?” kata pak Samad melotot.
“Iya pak” kataku dengan terbata-bata
“Kenapa kamu sembunyi?” Pak Samar bertanya lagi.
Walau sangat takut aku menjawabnya “Saya terlambat bangun
pak, dan waktu menunggu mobil angkutan saya menunggu lama, pak”
“Tapi kenapa tidak masuk?”
“Tadi mau masuk pak, tapi idris memanggil. Saya ikut dengan
Idris Pak.” Jawabku dengan yakin
“Baiklah jangan ulangi lagi perbuatan kamu. Biar dipanggil
oleh siapapun jangan mau” kata pak Samad dengan tegas “Sekarang kamu boleh pergi. Kembali ke
kelas” katanya lagi.
“Baik Pak” kataku sambil berlalu.
Belum sampai aku ke
luar terdengar suara bentakan terhadap idris. Pastilah idris dimarahi karena
telah mengajakku bersembunyi tapi dalam hati juga takut. Barangkali idris akan
dendam kepadaku.
Usai jam sekolah, seperti biasa aku pulang dengan Farid dan
berjalan bersama. Tiba-tiba kulihat idris dan teman-temannya mendekatiku.
“Ia pasti mau mengajakku berkelahi gara-gara permasalahan
tadi” kataku kepada Farid. Ternyata filingku salah, Idris langsung minta maaf
kepadaku dan mengaku salah atas perbuatannya. Lalu aku mememaafkannya dan idris langsung pergi dengan
gerombolannya.
Farid tiba-tiba
tertawa.
“Kamu kenapa” tanyaku
Tadi Kamu pasti mau lari
melihat gerombolan idris yang kamu sangka mau memukulmu”
“Enak saja, kami pikir aku pengecut kayak kamu yang hanya
bisa lari dari masalah?” kataku memotong
“Ngak usah bohong deh” kata Farid lagi
“Udah..udah, lupakan. Aku mau ngajak kamu ke Lapangan Sinjai Bersatu entar. Kebetulan nanti malam
pembukaan pameran Sinjai.” Kataku mengalihkan pembicaraan.
“Iya..iya aku mau . tunggu aku di rumahmu” kata Farid dengan bersemangat
“Memang kamu tahu rumah aku, nginjak kota aja kamu jarang.“
kataku ngeledek.
“Jangan salah kamu. Aku selalu jalan-jalan ke Lapnas (lapangan
Nasional) cari cewek” katanya lagi.
“Memang kamu tahu Lapnas dimana? Tanyaku
“Tahulah. Masa Lapnas saja ngak tau. Kampungan deh. Lapnas itu dekat pasar
sentral kan?”
Aku tak bisa menahan tawa. Masa Lapnas dekat pasar sentral.
Yang kamu maksud itu mungkin Taman Demma. Mentang-mentang selalu lewat situ kalo pergi
jual ikan. Taman Demma dikira Lapnas.
“Kamu ngeledek teman sendiri ngak bisa lu lihat teman
senang sedikit” katanya dengan sedikit malu.
“Iya..iya. maaf. Bentar aku jemput di rumah kamu. Jam tujuh
harus sudah siap. Kalo aku datang, pake baju paling keren yang kamu punya.
Nanti malu-maluin aku.” kataku dengan ngeledek.
“Ok bozz” katanya dengan spontan.
Dalam hatiku bilang mungkin Farid sudah kehabisan kata-kata sehingga ngak balas
aku.
Tepat jam 7 malam aku sampai di rumah Farid. Kulihat Farid
berdiri di teras mengenakan kemeja lengan panjang. “Gagah juga yah kamu Rid,
pake baju begitu” kataku memulai percakapan.
“Kamu orang yang ke 1001 yang bilangin aku gagah” katanya
dengan percaya diri.
“Iya..iya, ayo kita berangkat sekarang, cepatan naik.”
“Oke bozz”
Di
lokasi pameran. Karena baru pembukaan,
kami mengelilingi dan memasuki stand pameran satu persatu. Setelah capek kami
membeli Pop Ice dan duduk-duduk di tempat parkiran depan SMA 2 Sinjai. Belum
larut ketika kami hendak pulang. Sebelum
beranjak dari tempat duduk, ada orang menghalangi kami.
“Aku kenal 2 orang di depan itu namanya Rama dan Baso. Dulu
ia kakak kelasku di SMP 2 tapi 3 orang tegap yang dibelakangnya aku tak kenal”
kataku membisik ke Farid
Rama dan Baso dan ketiga orang besar itu mendekatiku “Kamu lihat Kahar?” kata Rama padaku.
Kahar adalah teman nongkrongku. Mungkin kahar punya masalah
dengan Rama, kebetulan Rama melihatku ia langsung bertanya padaku.“Tidak. Aku
tidak melihatnya. Aku kemari bersama temanku ini” kataku sambil menunjuk Farid.
“jangan sembunyikan
Kahar” katanya sambil memukulku. Pipiku terasa membara
Sebenarnya aku ingin melawan karena postur badanku sama
dengan dia tapi melihat tiga orang yang berdiri di belakangnya aku mengurungkan
niatku. Ia lalu menamparku dan memukulku. Setelah itu ia pergi bersama
teman-temannya karena ada orang tua yang menghalangi mereka memukulku.
Setelah kejadian itu aku pulang mengantar farid.
Diperjalanan Farid selalu membuatku tertawa dengan kelucuannya
“Untuk saja tadi tak ada empang seperti di kampungku. Kalo
ada aku sudah buat mereka jadi ikan mujair” kata Farid mencoba menghiburku.
Meski Farid terus saja menghiburku tapi aku sudah sangat
sakit hati kepada Rama dan Baso aku harus balas
dendam .
Keesokan harinya setelah pulang sekolah aku mengumpulkan
teman-temanku. Kebetulan Rama dan Baso sekarang sedang les sore.
Setelah semua teman-temanku terkumpul, kami ke
depan SMP Negeri 2 Sinjai. Menunggu Rama dan Baso pulang sekolah. Cukup lama
menunggu akhirnya kulihat keduanya keluar dari gerbang sekolah. Tanpa pikir
panjang bersama teman-temanku, aku langsung
memukulnya. Karena banyak yang membela Rama dan Baso akhirnya kami berkelahi secara kelompok. Setelah aku dan
teman-temanku memukul Rama dan Baso kami
semua langsung lari karena guru SMP 2 ke luar. Dalam perjalanan pulang aku
merasa puas telah membalas perlakuan Rama dan Baso kepadaku kemarin.
Setelah kejadian itu aku pulang dan janjian untuk ketemu di pameran nanti malam.
Jam menunjukkan pukul 6.30 malam ketika aku usai mandi dan
berpakaian. Karena belum Sholat Isya, Aku baring-baring melihat bekas luka
karena perkelahian tadi. Karena kecapaian, aku tertidur.
Farhan!, Farhan!, ada temanmu memanggil.” Tanteku berteriak di
pintu kamar.
Aku terjaga dari tidur. Ternyata
jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Aku cepat-cepat ke pameran bersama teman
yang menjemputku.
Di gerbang pameran karena kami terpisah dari teman-teman,
kami harus saling mencari. Saat di tengah
lapangan, aku dan Yusuf di kepung oleh Rama, Baso dan teman-temannya.
Mereka memukulku.
Aku melawan mati-matian. Teman-temanku datang membantu. Kami keroyokan. Perlawanan
imbang. Polisi
datang dan menangkap aku, Rama dan Baso. Yang lainnya melarikan diri.
Di tempat pos kami ditanya. Mengapa berkelahi, dimana
tempat tinggal dan pertanyaan lain. Setelah itu kami dibawa ke Polres dengan
naik mobil Tahanan Polisi. Di sana kami ditanyai. Karena kami gugup, kami
bertiga di masukkan ke dalam sel . Aku ceritakan semua dengan penjaga sel
hingga ia mengantarku kembali ke pos
penjagaan. Setelah menjelaskan semua permasalahan akhirnya aku bertiga dibolehkan pulang.
Setelah kejadian itu, aku, Baso dan Rama tak ada dendam apa-apa. Aku
sering ketemu di lapangan Putsal tapi
tak terjadi apa-apa. Mungkin ia seperti aku takut masuk sel polisi lagi.
ANDI MUH.AKBAR
Kelas IXd SMP Negeri 4
Sinjai Timur
2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar