Kamis, 25 Oktober 2012

TAMASYA KE PANGASA



Aku empat sekawan. Demikian teman sekelas menjuluki.  Safri, Fadli , Randi dan aku. Bersama sahabat karibku di hari Sabtu jam pelajaran terakhir, kami mendiskusikan rencana kegiatan Minggu.
“Bagaimana kalau kita ke rumah Sapri untuk memancing?” bisik Fadli
Aku mengangguk mengiyakan sambil mengawasi mata pak guru. Aku sudah cukup lama tidak menikmati yang namanya memancing. Terakhir aku memancing ketika masih di kelas tiga Sekolah Dasar. Rasanya menyenangkan “Kau mau ikut?” kataku berbisik. Randi mengangguk “Tunggu aku jam tujuh” aku mempertegas.
Minggu,30 Oktober 2011, aku terlambat bangun. Jam delapan baru aku terjaga dari tidur. Walau begitu tak lupa mengerjakan kewajibanku sebagai seorang muslim. Aku sholat shubuh kesiangan. Keterlambatan sholat shubuh pada hari Minggu, sering terjadi karena pada malam Minggu aku terkadang tidur agak larut. Acara televisi sangat menggoda. Walau begitu aku bersyukur masih bisa mengerjakan sholat shubuh agar aku tidak merasa berdosa.
Dengan berkendara sepeda motor aku menuju rumah Fadli di Tongke-tongke. Tak jauh dari Pangasa tempat tujuan akhirku. Diantara temanku, Fadli adalah sahabat terbaikku. Aku sering jalan bareng. Menurutku ia teman yang mengasyikkan. Ia sering menghibur teman- teman di kelas IXb karena tingkah lakunya yang  lucu dan berani tampil di depan kelas.
Di depan rumah fadli aku memanggilnya. Yang muncul malah sepupunya yang serumah dengan Fadli
“Fadli di rumah pamannya di sana” kata sepupu Fadli sambil menunjuk sebuah rumah panggung sekitar lima puluh meter dari rumah Fadli.
Aku bergegas ke sana dan mengajaknya berbocengan menuju rumah Randi.
Ternyata Randi tidak di rumah. Ia pergi bersama teman-temannya yang lain. Adiknya pun tidak tahu Randi pergi ke mana. Dalam hati aku menjadi was-was mungkin karena aku terlambat datang menjemput sesuai janji jam tujuh pagi.
Dengan Fadli aku memutuskan melanjutkan perjalanan menuju rumah Safri. Acara jemput me jemput teman cukup melelahkan  dan makan waktu juga.
Ternyata Fadli sudah siap bersama teman-temannya di depan rumah. Ia sudah mempersiapkan jaring untuk menangkap ikan. Tanpa menunggu lama kami berangkat ke empang. Sejauh mata memandang hanya ada mepat dibatasi hutan bakau dengan laut. Sapri memilih empang yang paling banyak ikannya untuk membuang jaring. Jaring pertama, Lumayan banyak ikan tersangkut di jalanya.
Udara sangat terik di siang bolong membuat badan terasa gerah. Di pematang empang, aku berlindung di bawah pohon yang tidak seberapa rindang. Sebenarnya aku ingin membantu menangkap ikan  tapi aku tidak tahu menggunakan jala untuk menangkap ikan. Biasanya alat yang aku pakai hanya pancing. Tapi Sapri tidak  membawa pancing dengan alasan tali pancingnya tidak ada. Walau demikian aku puas dengan banyaknya ikan yang ditangkap.
Satu jam berlalu, ikan-ikan yang kami tangkap dikumpulkan lalu digotong ke kebun Sapri.kebunnya ditumbuhi pohon kepala yang menjulang . banyak pula kayu bakar berserakan.  kami bisa lesehan di bawah pohon kelapa sambil membakar ikan. Angin laut menghembut sepoi menyejukkan suasana hati siang itu.
Aku mendapat giliran pertama untuk mencoba ikan bakar. Mulanya aku ragu tapi enjoi saja. Ternyata ikan Mujair bakar, bikinan sendiri tidak kalah enak dengan yang ada di warung Sari Laut. Aku menghabiskan delapan ekor ikan . aku kekenyangan. tapi rasanya tidak lengkap tanpa minum air kelapa. Kebetulan salah satu teman Sapri jago manjat. Selincah monyet ia sudah di atas pohon kelapa dan memetik kelapa muda. Satu biji se orang.
Rasa segar mengalir keseluruh tubuh menikmati manisnya air kelapa di siang bolong.
“Acara selanjutnya adalah berenang di sungai” kata Sapri sambil berjalan menuju muara laut. Aku nurut saja. Aku menolahk tapi yang lain nurut. Jadi ikut saja.
Teman-temanku langsung berlompatan masuk air. Aku Cuma menonton di tepian.
Acara di luar rencana ini mulanya aku tentang  karena aku tidak membawa pakaian ganti tapi teman memaksa akhinya aku memutuskan untuk ikut berenang.
Dengan sampan kami  menyeberang sungai. Aku mendayung lambat. Walau aku hanya berenang di pinggir sungai, aku menikmati acara mandi-mandi ini. memang sudah lama aku tidak pernah berenang  di air asin.
Dari sungai kami beralih ke sumur untuk mandi lalu bersama Fadli aku ikut ke rumah Sapri untuk mengeringkan pakaianku dan teman lainnya pulang ke rumah masing-masing.
Duduk bengong menunggu pakaian menjadi kering di bawah kolong rumah Sapri, terasa sangat membosankan. Kukeluarkan Hpku. Ponsel milikku cukup banyak aplikasi game. Untuk menghibur mereka, kami main game secara bergantian hingga tidak terasa pakaianku sudah kering.
Hari sudah siang ketika aku berpamitan. Bersama Fadli aku kerumahnya untuk mengantarnya pulang lalu aku kembali ke rumah dengan sejuta kenangan.  Di kamar tidur aku membaringkan diri karena kelelahan. Aku tersenyum puas menikmati hari Minggu yang mengesankan. Khayanku melayang mengenang ke masa tujuh tahun lalu ketika memancing bersama teman- teman SDku.
Di Hari Senin yang cerah,  dalam kelas IXb kulihat Fadli dan Randi berdebat keras. Fadli protes kepada Randi karena randi tidak  ada di rumahnya pada saat aku jemput kemarin. Tiba-tiba Randi melihatku dan melibatkan aku ke dalam masalahnya. Kenapa aku yang disalahkan?. Tetapi aku segera sadar kalau aku yang bersalah. Dalam kesepakatan aku berjanji akan datang jam tujuh tetapi ternyata aku datang jam sembilan. Aku pun mejelaskan kenapa aku datang terlambat. Penjelasanku dapat ia terima dengan senang hati. kami bersalaman dan berpelukan. Kami baikan kembali. Kami memang sahabat sejati.
SUARDI
Kls IXB SMP Negeri 4 Sinjsi Timur
2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar