Aku empat sekawan. Demikian teman sekelas menjuluki. Safri, Fadli , Randi dan aku. Bersama
sahabat karibku di hari Sabtu jam pelajaran terakhir, kami mendiskusikan
rencana kegiatan Minggu.
“Bagaimana
kalau kita ke rumah Sapri untuk memancing?” bisik Fadli
Aku
mengangguk mengiyakan sambil mengawasi mata pak guru. Aku sudah cukup lama
tidak menikmati yang namanya memancing. Terakhir aku memancing ketika masih di
kelas tiga Sekolah Dasar. Rasanya menyenangkan “Kau mau ikut?” kataku berbisik.
Randi mengangguk “Tunggu aku jam tujuh” aku mempertegas.
Minggu,30
Oktober 2011, aku terlambat bangun. Jam delapan baru aku terjaga dari tidur.
Walau begitu tak lupa mengerjakan kewajibanku sebagai seorang muslim. Aku
sholat shubuh kesiangan. Keterlambatan sholat shubuh pada hari Minggu, sering
terjadi karena pada malam Minggu aku terkadang tidur agak larut. Acara televisi
sangat menggoda. Walau begitu aku bersyukur masih bisa mengerjakan sholat
shubuh agar aku tidak merasa berdosa.
Dengan berkendara
sepeda motor aku menuju rumah Fadli di Tongke-tongke. Tak jauh dari Pangasa
tempat tujuan akhirku. Diantara temanku,
Fadli
adalah sahabat terbaikku. Aku sering jalan bareng. Menurutku ia teman yang
mengasyikkan. Ia sering menghibur teman- teman di kelas IXb karena tingkah
lakunya yang lucu dan berani tampil di depan kelas.
Di
depan rumah fadli aku memanggilnya. Yang muncul malah sepupunya yang serumah
dengan Fadli
“Fadli
di rumah pamannya di sana” kata sepupu Fadli sambil menunjuk sebuah rumah
panggung sekitar lima puluh meter dari rumah Fadli.
Aku
bergegas ke sana dan mengajaknya berbocengan menuju rumah Randi.
Ternyata
Randi tidak di rumah. Ia pergi bersama teman-temannya yang lain. Adiknya pun
tidak tahu Randi pergi ke mana. Dalam hati aku menjadi was-was mungkin karena
aku terlambat datang menjemput sesuai janji jam tujuh pagi.
Dengan
Fadli aku memutuskan melanjutkan perjalanan menuju rumah Safri. Acara jemput me
jemput teman cukup melelahkan dan makan
waktu juga.
Ternyata
Fadli sudah siap bersama teman-temannya di depan rumah. Ia sudah mempersiapkan
jaring untuk menangkap ikan. Tanpa menunggu lama kami berangkat ke empang. Sejauh mata
memandang hanya ada mepat dibatasi hutan bakau dengan laut.
Sapri memilih empang yang paling banyak ikannya untuk membuang jaring. Jaring
pertama, Lumayan banyak ikan tersangkut di jalanya.
Udara
sangat terik di siang bolong membuat badan terasa gerah. Di pematang empang, aku
berlindung di bawah pohon yang tidak seberapa rindang. Sebenarnya aku ingin
membantu menangkap ikan tapi aku tidak
tahu menggunakan jala untuk menangkap ikan. Biasanya alat yang aku pakai hanya
pancing. Tapi Sapri tidak membawa
pancing dengan alasan tali pancingnya tidak ada. Walau demikian aku puas dengan
banyaknya ikan yang ditangkap.
Satu
jam berlalu, ikan-ikan yang kami tangkap dikumpulkan lalu digotong ke kebun
Sapri.kebunnya ditumbuhi pohon kepala yang menjulang
. banyak pula kayu bakar berserakan. kami bisa lesehan di bawah pohon kelapa
sambil membakar ikan. Angin laut menghembut sepoi menyejukkan suasana hati
siang itu.
Aku
mendapat giliran pertama untuk mencoba ikan bakar. Mulanya aku ragu tapi enjoi
saja. Ternyata ikan Mujair bakar, bikinan sendiri tidak kalah enak dengan yang
ada di warung Sari Laut. Aku menghabiskan delapan
ekor ikan . aku kekenyangan. tapi
rasanya tidak lengkap tanpa minum air kelapa. Kebetulan salah satu teman Sapri
jago manjat. Selincah monyet
ia sudah di atas pohon kelapa dan memetik kelapa muda. Satu biji se orang.
Rasa
segar mengalir keseluruh tubuh menikmati manisnya air kelapa di siang bolong.
“Acara
selanjutnya adalah berenang di sungai” kata Sapri sambil berjalan menuju muara laut. Aku nurut saja. Aku menolahk tapi yang lain nurut. Jadi ikut saja.
Teman-temanku
langsung berlompatan masuk air. Aku Cuma menonton di tepian.
Acara
di luar rencana ini mulanya aku tentang karena aku tidak membawa pakaian ganti tapi
teman memaksa akhinya aku memutuskan untuk ikut berenang.
Dengan
sampan kami menyeberang sungai. Aku
mendayung lambat. Walau aku hanya berenang di pinggir sungai, aku menikmati
acara mandi-mandi ini. memang sudah lama aku tidak pernah berenang di
air
asin.
Dari
sungai kami beralih ke sumur untuk mandi lalu bersama Fadli aku ikut ke rumah
Sapri untuk mengeringkan pakaianku dan teman lainnya pulang ke rumah
masing-masing.
Duduk
bengong menunggu pakaian menjadi kering di bawah kolong rumah Sapri, terasa
sangat membosankan. Kukeluarkan Hpku. Ponsel milikku cukup banyak aplikasi
game. Untuk menghibur mereka, kami main game secara bergantian hingga tidak
terasa pakaianku sudah kering.
Hari
sudah siang ketika aku berpamitan. Bersama Fadli aku kerumahnya untuk
mengantarnya pulang lalu aku kembali ke rumah dengan sejuta kenangan. Di kamar tidur aku membaringkan diri karena
kelelahan. Aku tersenyum puas menikmati hari Minggu yang mengesankan. Khayanku
melayang mengenang ke masa tujuh tahun lalu ketika memancing bersama teman-
teman SDku.
Di
Hari Senin yang cerah, dalam kelas IXb
kulihat Fadli dan Randi berdebat keras. Fadli protes kepada Randi karena randi
tidak ada di rumahnya pada saat aku
jemput kemarin. Tiba-tiba Randi melihatku dan melibatkan aku ke dalam
masalahnya. Kenapa aku yang disalahkan?. Tetapi aku segera sadar kalau aku yang
bersalah. Dalam kesepakatan aku berjanji akan datang jam tujuh tetapi ternyata
aku datang jam sembilan. Aku pun mejelaskan
kenapa aku datang terlambat. Penjelasanku dapat ia terima dengan senang hati.
kami bersalaman dan berpelukan. Kami baikan kembali. Kami memang sahabat
sejati.
SUARDI
Kls IXB SMP Negeri 4 Sinjsi Timur
2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar