KANDASNYA PENGHARAPAN
Tazkiyah Tunnafsih IXD
Ketika pertama kali
melangkahkan kaki ke SMP 4 Sinjai Timur, perasaan Citra masih terlalu anak-anak, pemalu dan tak
punya teman kecuali Aliza teman sekolahnya di sekolah dasar. Waktu itu, usianya
dua belas tahun belum menstruasi.
SMP 4 Sinjai Timur
pekarangannya luas. Beda dengan sekolahnya dulu di SD. Konon sekolah ini
sekolah pembuangan. Tapi Citra tak perduli, Citra memilih bersekolah di situ
karena dekat dari rumahnya.
Kian hari teman Citra
kian banyak. Ada seorang cowok selalu mencuri pandang pada Citra. Ia duduk di
ujung sebelah tempat citra duduk. Citra
penasaran dan selalu mencuri pandang pula. Kadang keduanya bertemu pandang dan
sama-sama tertunduk malu.
Jam istirahat siang
itu Citra tidak keluar ruangan. Rasanya malas saja untuk ke kantin. Ternyata
cowok itu juga tidak keluar. Malah ia mendekati Citra.
“Kenalkan nama saya
Fandi Arfansyah. Sering dipanggil Fandi. Kalau kamu?”
“Aku Citra Andika.
Panggil Citra juga boleh”
“Tinggal dimana?”
“Aku di Marbo” jawab
citra.
“Ohhh” jawab Fandi
sambil meninggalkan ruang kelas.
Citra berjalan
beriringan dengan Aliza ketika pulang sekolah siang itu. Terdengar seseorang
memanggil citra. Citra menoleh. Ternyata Fandi mengejar langkahnya. Entah
kenapa hati Citra merasa bahagia melihat Fandi.
“Fandi, ada apa?”
“Boleh ngak kamu kasi tahu nomor HPmu” usul Fandi.
“Boleh sih” jawab
Citra sambil mengambil pulpen dan secarik kertas di dalam tasnya lalu menuliskan
nomor HPnya.
“Terima kasih, aku
duluan “ jawab Fandi setelah menerima nomor HP Citra.
Sepanjang sore itu
Citra menunggu telepon atau SMS dari Fandi. Ternyata tak ada. Hanya ada sebuah
SMS yang cukup mengagetkan dan mendebarkan hati Citra tapi ternyata dari
TELKOMSEL. Citra kesal dan menonaktifkan HPnya.
“Ada apa Ctra?”
Suara Aliza mengagetkan
Citra yang lagi kesal “ngak apa-apa koq”
“ Kirain ada masalah”
“Aku kecewa sama
Fandi. Sampai sekarang dia belum menelepon aku, aku sih berharap begitu, tapi
kenapa yah kalau aku dekat dengan Fandi rasanya njaman saja. Jantungku kadang
rasanya berdetak tidak karuan” cerita Citra.
“Barangkali kamu
jatuh cinta” fonis Aliza.
Citra tak menjawab,
ia membiarkan matanya menggerayangi
langit biru yang membentang luas. Citra
membayangkan wajah Fandi ada di cakrawala itu tersenyum untuknya.
Fandi kau ganteng
sekali. Ingin aku punya pacar kayak kamu, baik, manis. Citra tersenyum sendiri
tan menghiraukan Aliza di sampingnya.
“Betul kan? Kamu
jatuh cinta” desak Aliza sambil berlalu meninggalkan Citra.
Hari kian malam
ketika Citra meninggalkan teras rumahnya..
***
Sesampai di sekolah
pagi itu, Citra melihat motor Fandi ada diparkiran. Berarti Fandi sudah datang
duluan. Citra mencari Fandi. Ternyata Fandi
sibuk memungut sampah di pekarangan sekolah.
Ketika Citra melintas, “Hai Citra” tegur
Fandi.
Kabar terbaru pagi
itu ternyata ada siswa pindahan. Namanya Putri.
Semua siswa cowok datang berkerumum hendak berkenalan dengan Putri
kecuali satu, Fandi tak ada di sana. Kemana Fandi? Banyak cowok meminta nomor HP Putri.
Bagaimana pendapatmu
tentang Putri? aku menilainya lain, ia
sombong dan sok cantik.” Ejek Citra.
“Iya juga sih, lihat
saja gayanya “Jawab Aliza.
“Masuk yuk, tak usah
hiraukan dia” ajak Citra sambil meninggalkan kerumunan cowok-cowok di depan
pintu masuk.
*****
Akhirnya HP Citra
bordering juga. Wah tumben Fandi menelepon aku.
“Hai, Fandi ada apa?.
Kok tumben nelepon aku?
“Ngak, lagi bosan
aja” jawab Fandi.
“Kamu tahu ngak kalau
di sekolah kita ada siswa baru” kata Citra lagi
“Iya. Putri, kan
namanya?” jawab Fandi
Dia tahu yah kalau
namanya Putri pikir Citra dalam hati. “Iya”
“Dia itu pacar aku
lho” kata Fandi girang.
“Apa?, pacar kamu?”
kata Citra kesal dan langsung mematikan HPnya.
Citra sangat kesal sama Fandi. Citra sangat
suka Fandi tapi ternyata sudah ada yang punya. Hatinya seperti teriris pisau.
***
Sudah seminggu Putri
di sekolah ini tapi Citra tak pernah
mengajaknya berkenalan.. kabar beredar sebenarnya Putri tidak serius sama
Fandi. Putri Cuma mengetes kemampuannya menggombal cowok-cowok di sekolah ini.
Belakangan tersiar
kabar kalau Fandi sudah putus dengan Putri. Citra lansung legah. Baguslah kalau
mereka putus.
Ketika Aliza dan
Citra pergi ke kantin, ia melihat Putri duduk berduaan dengan Arul di bawah pohon.
“Jahat banget itu
orang. Gara-gara Arul saja, ia putusin Fandi”
“Perhatian banget sih
Citra” respon Aliza
“Idhii, apaan shi”
bela Citra
Citra memang benar-benar suka sama Fandi. Tiba-tiba
HP Citra bordering
“Kenapa Fandi?”
:Tidak kok Citra”
“Kamu diputusin yah
sama Putri” kata Citra
“Kok tahu sich” Jawab
Fandi heran
“Seluruh kelas sudah
tahu” Kata Citra
“Udah dulu ya” kata
Fandi
“Ya Fan semangat ya
Keep Smile’ kata citra
“Citra, pinjam buku
biologimu dong “ Aliza mengangetkan Citra
“”Tuh di dalam di atas
meja “Kata Citra.
***
Sejak Fandi putus
dengan Putri. Kedekatan Citra dengan Fandi semakin akrab Sebatas teman curhat.
Salah satu curhat Pandi disampaikan kepada Aliza.
“Katanya
Fandi menyukai seseorang di sekolah ini, orangnya baik, sopan, sabar. Tahu ngak
Al” Tanya Citra.
“Tidak” ucap Aliza.
Belakangan ini Aliza
sangat berbeda dari biasanya. Citra curiga jangan-jangan Farid mencintai Aliza.
Bukan tak mungkin orang baik, sopan dan sabar yang dimaksud Fandi, adalah Aliza. Lebih aneh lagi, setiap
kali Citra mau meminjam HP, Aliza tak mengizinkannya. Ada apa dibalik semua ini.
Citra
cembutu. Karena Citra merasa Fandi suka sama dia sementara Fandi menganggap
Citra sebagai teman karibnya.
Suatu
hari Citra pergi ke rumah Aliza. Aliza tidak di rumah. Tiba-tiba HP berdering di atas meja. HP Aliza. Citra spontan mengangkat HP itu dan membaca
SMSnya. Dari Fandi rupanya “Hy sayang”
Citra
tak sanggup membacanya. Jantung Citra serasa ingin jatuh. Hati Citra hancur. Bayangkan,
sahabat sendiri telah menghianatinya. Sekali lagi Citra memeriksa HP Aliza.
Ternyata Aliza tidak menghapus semua SMS Fandi. Dengan sigap Citra membaca
semuanya SMS Fandi lalu membalasnya “Tega Kamu Fan. Kamu menghianati aku.”
HP
segera diletakkan kembali lalu Citra pulang
ke rumahnya dalam keadaan mulut terkunci dan badan gemerar menangis meratapi
nasibnya.
Aliza
berlari ke rumah Citra untuk menjelaskan semuanya. Suasana tampak tegang. Aliza
takut sama Citra. Walau begitu Aliza berusa mengjelaskan semuanya.
“Mulanya
aku tak mau menerima Fandi” demikian Aliza memulai ceritanya “Tapi Fandi
memaksa. Kejadiannya sebulan lalu. Karena aku takut sama kamu, aku
merahasiakannya. Aku tak mau persahabatan kita sejak kecil pusut karena persoalan ini”
Dalam
keadaan menangis, Citra memotong pembicaraan Aliza “Persahabatan kita hancur,
kamu penghianat” nada suara Citra
meninggi.
Aliza
memotong pembicaraan Citra “Aku….”
Citra
tak memberi kesempatan Aliza untuk berbicara “Udahlah, kamu keluar aja dari
rumah aku, jangan pernah menganggap aku teman lagi” kata Citra ketus.
“Citra,
sabar dong” kata Aliza mencoba merangkai kata.
“Sabar
apaan? Kamu udah hancurkan aku. Andai kamu berada dalam posisi aku, kamu akan
merasakan sakitnya. Sakitnya tuh di sini “ bentak Citra sambil memegang dadanya.
Persahabatan
kedua karib ini hancur, hubungan Fandi dan Citra berantakan,. Kebencian Citra
sama Aliza semakin menjadi-jadi sehingga sering menyindir Aliza. Kesabaran
Aliza diuji dan cintanya dengan Fandi semakin subur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar