Sabtu, 13 Desember 2014

CERPEN



KANDASNYA PENGHARAPAN
Tazkiyah Tunnafsih IXD

Ketika pertama kali melangkahkan kaki ke SMP 4 Sinjai Timur, perasaan  Citra masih terlalu anak-anak, pemalu dan tak punya teman kecuali Aliza teman sekolahnya di sekolah dasar. Waktu itu, usianya dua belas tahun belum menstruasi.

SMP 4 Sinjai Timur pekarangannya luas. Beda dengan sekolahnya dulu di SD. Konon sekolah ini sekolah pembuangan. Tapi Citra tak perduli, Citra memilih bersekolah di situ karena dekat dari rumahnya.

Kian hari teman Citra kian banyak. Ada seorang cowok selalu mencuri pandang pada Citra. Ia duduk di ujung sebelah tempat citra duduk.  Citra penasaran dan selalu mencuri pandang pula. Kadang keduanya bertemu pandang dan sama-sama tertunduk malu.

Jam istirahat siang itu Citra tidak keluar ruangan. Rasanya malas saja untuk ke kantin. Ternyata cowok itu juga tidak keluar. Malah ia mendekati Citra.
“Kenalkan nama saya Fandi Arfansyah. Sering dipanggil Fandi. Kalau kamu?”
“Aku Citra Andika. Panggil Citra juga boleh”
“Tinggal dimana?”
“Aku di Marbo” jawab citra.
“Ohhh” jawab Fandi sambil meninggalkan ruang kelas.

Citra berjalan beriringan dengan Aliza ketika pulang sekolah siang itu. Terdengar seseorang memanggil citra. Citra menoleh. Ternyata Fandi mengejar langkahnya. Entah kenapa hati Citra merasa bahagia melihat Fandi.

“Fandi, ada apa?”
“Boleh ngak  kamu kasi tahu nomor HPmu” usul Fandi.
“Boleh sih” jawab Citra sambil mengambil pulpen dan secarik kertas di dalam tasnya lalu menuliskan nomor HPnya.
“Terima kasih, aku duluan “ jawab Fandi setelah menerima nomor HP Citra.

Sepanjang sore itu Citra menunggu telepon atau SMS dari Fandi. Ternyata tak ada. Hanya ada sebuah SMS yang cukup mengagetkan dan mendebarkan hati Citra tapi ternyata dari TELKOMSEL. Citra kesal dan menonaktifkan HPnya.

“Ada apa Ctra?”
Suara Aliza mengagetkan Citra yang lagi kesal  “ngak  apa-apa koq”
“ Kirain ada masalah”
“Aku kecewa sama Fandi. Sampai sekarang dia belum menelepon aku, aku sih berharap begitu, tapi kenapa yah kalau aku dekat dengan Fandi rasanya njaman saja. Jantungku kadang rasanya berdetak tidak karuan” cerita Citra.
“Barangkali kamu jatuh cinta” fonis Aliza.

Citra tak menjawab, ia membiarkan  matanya menggerayangi langit biru  yang membentang luas. Citra membayangkan wajah Fandi ada di cakrawala itu tersenyum untuknya.
Fandi kau ganteng sekali. Ingin aku punya pacar kayak kamu, baik, manis. Citra tersenyum sendiri tan menghiraukan Aliza di sampingnya.

“Betul kan? Kamu jatuh cinta” desak Aliza sambil berlalu meninggalkan Citra.

Hari kian malam ketika Citra meninggalkan teras rumahnya..

***

Sesampai di sekolah pagi itu, Citra melihat motor Fandi ada diparkiran. Berarti Fandi sudah datang duluan. Citra mencari Fandi. Ternyata  Fandi sibuk memungut sampah di pekarangan sekolah.
 Ketika Citra melintas, “Hai Citra” tegur Fandi.
Kabar terbaru pagi itu ternyata ada siswa pindahan. Namanya Putri.  Semua siswa cowok datang berkerumum hendak berkenalan dengan Putri kecuali satu, Fandi tak ada di sana. Kemana Fandi?  Banyak cowok meminta nomor HP Putri.
Bagaimana pendapatmu tentang Putri?  aku menilainya lain, ia sombong dan sok cantik.” Ejek Citra.
“Iya juga sih, lihat saja gayanya “Jawab Aliza.
“Masuk yuk, tak usah hiraukan dia” ajak Citra sambil meninggalkan kerumunan cowok-cowok di depan pintu masuk.

*****

Akhirnya HP Citra bordering juga. Wah tumben Fandi menelepon aku.

“Hai, Fandi ada apa?. Kok tumben nelepon aku?
“Ngak, lagi bosan aja” jawab Fandi.
“Kamu tahu ngak kalau di sekolah kita ada siswa baru” kata Citra lagi
“Iya. Putri, kan namanya?” jawab Fandi
Dia tahu yah kalau namanya Putri pikir Citra dalam hati. “Iya”
“Dia itu pacar aku lho” kata Fandi girang.
“Apa?, pacar kamu?” kata Citra kesal dan langsung mematikan HPnya.
Citra sangat kesal sama Fandi. Citra sangat suka Fandi tapi ternyata sudah ada yang punya. Hatinya seperti teriris pisau.

***

Sudah seminggu Putri di sekolah ini tapi Citra  tak pernah mengajaknya berkenalan.. kabar beredar sebenarnya Putri tidak serius sama Fandi. Putri Cuma mengetes kemampuannya menggombal cowok-cowok di sekolah ini.
Belakangan tersiar kabar kalau Fandi sudah putus dengan Putri. Citra lansung legah. Baguslah kalau mereka putus.
Ketika Aliza dan Citra pergi ke kantin, ia melihat Putri duduk berduaan dengan Arul di bawah pohon.
“Jahat banget itu orang. Gara-gara Arul saja, ia putusin Fandi”
“Perhatian banget sih Citra” respon Aliza
“Idhii, apaan shi” bela Citra

 Citra memang benar-benar suka sama Fandi. Tiba-tiba HP Citra bordering
“Kenapa Fandi?”
:Tidak kok Citra”
“Kamu diputusin yah sama Putri” kata Citra
“Kok tahu sich” Jawab Fandi heran
“Seluruh kelas sudah tahu” Kata Citra
“Udah dulu ya” kata Fandi
“Ya Fan semangat ya Keep Smile’ kata citra
“Citra, pinjam buku biologimu dong “ Aliza mengangetkan Citra
“”Tuh di dalam di atas meja “Kata Citra.

***

Sejak Fandi putus dengan Putri. Kedekatan Citra dengan Fandi semakin akrab Sebatas teman curhat. Salah satu curhat Pandi disampaikan kepada Aliza.

            “Katanya Fandi menyukai seseorang di sekolah ini, orangnya baik, sopan, sabar. Tahu ngak Al” Tanya Citra.
“Tidak” ucap Aliza.

Belakangan ini Aliza sangat berbeda dari biasanya. Citra curiga jangan-jangan Farid mencintai Aliza. Bukan tak mungkin orang baik, sopan dan sabar yang dimaksud  Fandi, adalah Aliza. Lebih aneh lagi, setiap kali Citra mau meminjam HP, Aliza tak mengizinkannya. Ada apa dibalik semua ini.

Citra cembutu. Karena Citra merasa Fandi suka sama dia sementara Fandi menganggap Citra sebagai teman karibnya.
Suatu hari Citra pergi ke rumah Aliza. Aliza tidak di rumah. Tiba-tiba  HP berdering di atas meja. HP Aliza.  Citra spontan mengangkat HP itu dan membaca SMSnya. Dari Fandi rupanya “Hy sayang”
Citra tak sanggup membacanya. Jantung Citra serasa ingin jatuh. Hati Citra hancur. Bayangkan, sahabat sendiri telah menghianatinya. Sekali lagi Citra memeriksa HP Aliza. Ternyata Aliza tidak menghapus semua SMS Fandi. Dengan sigap Citra membaca semuanya SMS Fandi lalu membalasnya “Tega Kamu Fan. Kamu menghianati aku.”
HP segera diletakkan kembali lalu  Citra pulang ke rumahnya dalam keadaan mulut terkunci dan badan gemerar menangis meratapi nasibnya.
Aliza berlari ke rumah Citra untuk menjelaskan semuanya. Suasana tampak tegang. Aliza takut sama Citra. Walau begitu Aliza berusa mengjelaskan semuanya.
“Mulanya aku tak mau menerima Fandi” demikian Aliza memulai ceritanya “Tapi Fandi memaksa. Kejadiannya sebulan lalu. Karena aku takut sama kamu, aku merahasiakannya. Aku tak mau persahabatan kita sejak kecil  pusut karena persoalan ini”
Dalam keadaan menangis, Citra memotong pembicaraan Aliza “Persahabatan kita hancur, kamu penghianat”  nada suara Citra meninggi.
Aliza memotong pembicaraan Citra “Aku….”
Citra tak memberi kesempatan Aliza untuk berbicara “Udahlah, kamu keluar aja dari rumah aku, jangan pernah menganggap aku teman lagi” kata Citra ketus.
“Citra, sabar dong” kata Aliza mencoba merangkai kata.
“Sabar apaan? Kamu udah hancurkan aku. Andai kamu berada dalam posisi aku, kamu akan merasakan sakitnya. Sakitnya tuh di sini “ bentak Citra sambil memegang dadanya.
Persahabatan kedua karib ini hancur, hubungan Fandi dan Citra berantakan,. Kebencian Citra sama Aliza semakin menjadi-jadi sehingga sering menyindir Aliza. Kesabaran Aliza diuji dan cintanya dengan Fandi semakin subur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar